Jumat, 10 Januari 2014

Ilmu Sosial Dasar-(Pemilu Sebagai Pemersatu Bangsa)

Pengertian Pemilu(Pemilihan Umum)
 

Pemilihan Umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang(-orang) untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata 'pemilihan' lebih sering digunakan.
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik.


Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.

Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.

Sejarah Pemilu di Indonesia

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004.

Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.

A. Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.
 B. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
 C. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

 Tujuan Pemilu
 
Dengan pemilu berarti vool up dari kedaulatan rakyat untuk memilih wakil-wakilnya yang akan menjabat dalam legilatif maupun eksekutif. Secara sederhana tujuan dari pemilu adalah penyaluran kedaulatan rakyat. Tujuan dari pada penyelenggaraan pemilihan umum (general election) menurut Jimmly Asshiddiqie dapat dirumuskan dalam empat bagian yakni:

Untuk memungkinkan terjadinya pemilihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai.

Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan.

Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat.

Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga Negara.


Kegiatan pemilihan umum merupakan salah satu sarana penyaluran hak asasi warga Negara yang prinsipil. Dalam rangka pelaksanaan hak asasi warga Negara adalah keharusan bagi pemerintah untuk menjamin terlaksananya penyelenggaran pemilu sesuai dengan jadwal ketatanegaraan yang telah ditentukan. Sesuai dengan prinsip kedaulatan rakyat dimana rakyatlah yang berdaulat, semua aspek penyelenggaraan pemilu, harus dikemablikan kepada rakyat untuk menentukannya. Adalah pelanggaran terhadap hak asasi apabila pemerintah tidak menjamin terselenggaranya pemilhan umum, memperlambat penyelenggaraan pemilu tanpa perseteujuan para wakil rakyat.

Sistem Pemilu

Agar pemilihan umum terlaksana dengan baik, sesuai dengan arahan dan mekanisme yang ditetapkan dalam undang-undang penyelenggaran pemilu, maka sistem pemilihan umum dilaksanakan dengan mengikuti sistem yang berdasarkan kelaziman, dalam praktik ketatatanegaraan, sistem pemilu dikenal dua cara sistem pemilihan umum yakni:
Sistem perwakilan distrik/ mayoritas (single member constituencies); wilayah Negara dibagi dalam distrik-distrik pemilhan yang jumlahnya sama dengan jumlah anggota lembaga perwakilan rakyat yang diperlukan untuk dipilih. Setiap daerah pemilihan akan diwakili oleh hanya satu orang yang akan duduk di perwakilan rakyat.

Sistem perwakilan berimbang, perwakilan proporsional; persentase kursi dilembaga perwakilan rakyat dibagikan kepada tiap-tiap partai politik, sesuai dengan jumlah persentasi suara yang diperoleh tiap-tiap partai politik. Pembagian kursi di badan perwakilan rakyat tergantung kepada berapa jumlah suara yang di dapat setiap partai politik yang ikut pemilihan umum.
 
Asas-asas Pemilu
Langsung,
berarti rakyat (pemilih) mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.

Umum,
berarti pada dasarnya semua warganegara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia , yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan umum. Warganegara yang sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun berhak di-pilih. Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasar acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial.
 
Bebas,
berarti setiap warganegara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap warganegara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.

Rahasia,
berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihnya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun.

Jujur,
           berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum; penyelenggaraan/ pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas dan pemantau Pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.


Adil
             berarti dalam menyelenggarakan pemilu, setiap pemilih dan partai politik peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.


Manfaat Pemilu

Pemilu dipandang sebagai bentuk paling nyata dari kedaulatan yang berada di tangan rakyat serta wujud paling konkret partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan negara. Oleh karena itu,sistem dan penyelenggaraan pemilu selalu menjadi perhatian utama karena melalui penataan, sistem dan kualitas penyelenggaraan pemilu diharapkan dapat benar-benar mewujudkan pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.

Penyelenggaraan Pemilu sangatlah penting bagi suatu negara, hal ini disebabkan karena :
1.      Pemilu merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat.
2.      Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara
konstitusional.
3.      Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi.
4.      Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses politik.


Pemilu Sebagai Pemersatu Bangsa
 Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dengan adanya pemilu maka seluruh masyarakat menyumbangkan suaranya untuk memilih demi daerahnya/bangsanya masing-masing. Sehingga antarbangsa pun dapat bekerjasama.






Sumber Referensi

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum
http://www.forumbebas.com/thread-49484.html
http://www.damang.web.id/2011/12/tujuan-sistem-pemilu.html
http://dhea-adzana.blogspot.com/2012/03/asas-asas-pemilu-tujuan-pemilu-20042009.html
http://hennidamanik.blogspot.com/

Minggu, 05 Januari 2014

Story of You(29)-part2

 “Dana, gue punya Hot News!” ucap Jeje melalui handphone. Ya, dia slah satu teman baikku yang dulu satu kelas namun kini dia masuk kelas Sarjana Magister di kampus yang sama namun beda wilayah.

 “Apaan Je?” aku sungguh penasaran jika ada Hot News.

 “Gue denger dari temennya Riyu yang satu kelas gue.” Ucapnya.

 “Terus?” tanyaku.

 “Hmm, menurut lo siapa yang suka sama Riyu?” Jeje balik bertanya padaku.

“Lisa. Soalnya mereka deket banget, akrab banget deh. Kenapa? Jangan-jangan Lisa bener suka sama Riyu?” tanyaku semakin penasaran, hatiku berdegup.

 “Bukan! Tapi Nissa. Dia itu dulu mantan gue. Nyangka gak lo?” jawab Jeje santai.

 “WHAT?? Nissa? Tapi dia gak begitu deket. Iya gue gak nyangka lah. Oh, gue baru tau dia itu mantan lo.”

 “Iya, mana ada sih cewek yang terang-terangan berani ngedeketin orang yang disukain begitu. Justru Lisa itu malah sukanya sama Rama.”

 “Apa? Rama? Ya ampun, semua ini gak kebayang sama gue sama sekali. Tapi tetep nyambung sih, ya ampun kenapa pada cinlok gitu sih?”

 “Yah gak tau gue juga, gue cuman denger segitu doang. Udah ya Cuma pengen infoin itu aja kok. Haha.” Ucap Jeje tertawa.

 “Ah elu, seneng banget sih. Gue merana ini, kenapa mereka bisa deket sedangkan gue yang udah setahun mendem rasa gak bisa.” Jawabku kesal.

 “Makanya, berani dong ngobrol doang apa susahnya sih? Tapi jangan sampe lo yang nembak duluan.” Jelas Jeje.

 “Ya iyalah, mana mungkin gue yang nembak duluan!” jawabku tak terima.

 “Eh, tapi lebih baik lo udahan aja deh. Temenan aja biasa jangan suka. Lo tau kan kenapa?”

 “Iya gue tau, karena dia beda keyakinan kan sama gue? Gue juga udah ngebatesin dari awal Cuma sekedar mengagumi.”

 “Iya. Sabar ya, udah cari aja yang lain!”
 “Enak banget sih lo ngomongnya! Ini perasaan woy! Haha, parah lo mah. Gue lagi berusaha ngebuang rasa ini pelan-pelan.”

 “Yaudah, inget jangan sampe lo ngedeketin dia lebih jauh lagi!”
 “Iye! Semoga aja gue bisa.”

Telfon pun terputus setelah saling mengucapkan salam.
 Aku bingung. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? hati ini rasanya sakit, tapi air matapun tak sanggup keluar.
_***_
 
Sebentar lagi bulan terakhir di tahun ini. aku tak ingin terus merasa penasaran. Aku putuskan untuk berani bertanya pada Eca, teman dekat Riyu yang satu kelas juga denganku. Saat mata kuliah pertama berakhir, aku mencoba bicara pada Eca.

 “Eca. Gue boleh nanya gak sama lo? Sebentar aja kok, jangan keluar dulu.” Ucapku menahan Eca yang akan segera keluar kelas.
 “Oh, boleh kok. Nanya apa Dan?” jawab Eca lembut.

 “Mmm, Riyu. Apa dia masih ngarepin mantannya yang dulu atau mungkin dia sekarang lagi punya cewek?” awalnya aku hanya ingin berbasa-basi, tapi aku tak tahan.

 “Oh, enggak kok. Dia udah gak mikirin mantannya itu lagi kok. Tapi yang deket sih ada.”

 “Siapa? Di kelas ini ada gitu?”
 “Enggak, di sekolah agamanya. Mereka udah saling nyatain rasa sebenernya tapi ceweknya itu udah punya cowok jadi mereka lagi bingung. Tapi mereka masih suka kontekan kok.”

 “Ouh, gitu. Cewek itu satu keyakinan sama Riyu?”

 “Iya. Tapi gue pernah tanya ke dia. Gimana  kalau ada cewek yang suka sama dia tapi beda keyakinan, apa dia mau? Katanya mau aja kalau si Riyunya juga suka. Kalau udah jodoh ya gak apa-apa katanya.”

 “Oh, gitu. Oke deh makasih ya Eca.”
 “Iya sama-sama. Lo suka ya sama Riyu?”
 “Ah, enggak. Cuma tanya aja kok.” Aku panik.
 “Gak apa-apa kok. Gue juga tau kok, kalau gak salah inget waktu di tingkat satu lo juga pernah kan tanyain tentang dia?”

 “Mmm, iya ya. Gue lupa. Haha.. tapi tolong jangan bilang Riyu ya.”
 “Oke! Gue keluar duluan ya Dan.”
 “Oh, iya. Bye."


Aku terdiam sejenak. Aku rasa sedetikpun Riyu tidak akan pernah menyadariku. Aku tidak masalah dengan itu tapi ada sedikit rasa sedih di hatiku.

 “Udah Dan, sabar ya. Kembali ke keputusan lo aja, anggap ini semua Cuma hiburan selama di kampus.” Ucap Yuna menghiburku.

 “Iya. Gue putusin, akan kembali mundur. Gue hampir aja melewati garis batas gue senidri.” Jawabku pasrah.

 Ya, aku akan kembali duduk di bangku belakang untuk melihat senyumnya tanpa dia ketahui seperti dulu. Aku tidak akan melewati garis batasku sendiri.
_***_


Sejak akhir bulan kemarin, aku sudah tidak pernah memperhatikan Riyu lagi. Tapi Riyu terkadang mendekatiku dan berusaha bercanda denganku. Baiklah aku terima itu semua, aku ikuti permainannya, tapi tidak untuk menumbuhkan rasa itu lagi. Riyu lebih sering tersenyum padaku daripada sebelumnya. Tapi aku biarkan saja semua itu mengalir tanpa membuat rasa ku kembali melangkah maju.

 Pertengahan bulan ini kami sekelas berencana pergi bermain ke Pulau Seribu di Jakarta. Kelasku tidak semuanya ikut pergi, jadi dari kelas lain pun ikut pergi bersama. Kami semua berkumpul kembali.

 Kami berangkat dengan menggunakan kereka, di sambung dengan busway, lalu menaiki kapal menuju pulau tersebut. Tak ada kejadian yang menarik antara aku dan Riyu saat itu, karena Nissa terus saja mendekati Riyu, mencari perhatiannya. Kemana-mana selalu bersama Riyu, bagaimana aku punya kesempatan? Aku merasa sedih, sedikit saja aku juga ingin bisa dekat dengan Riyu.

 Akhirnya ketika bermain di pulau itu, aku selalu menghindari Riyu. Saat dia duduk di sampingku, aku berusaha tak memperdulikannya, saat kita tak sengaja berjalan berdampingan, aku menghindar sedikit menjauh. Aku hanya ingin tahu, apakah ini yang diinginkan Riyu? Aku akan menjauh darinya.

 “Dana, tuh Riyu. Samperin sana! Mumpung lagi sendiri duduk di pinggir pantai.” Ucap Yuna menunjuk Riyu yang baru saja duduk di atas pasir putih halus menghadap laut.

 “Enggak ah, gue malu. Gue harus ngomong apa nanti?” jawabku dengan hati yang sedikit berdegup.

 “Yaudah, coba aja dulu jalan ke sana. Siapa tau dia ngajak lo ngobrol atau duduk bareng.” Ucap Yuna menggoda.

 “Hmm, oke. Gue coba, hehe. Deg-degan gue.” Aku pun beranjak perlahan menghampiri Riyu dari belakang.

Tapi,,,
 Langkahku terhenti beberapa meter darinya. Sosok perempuan dengan celana pendek, rambut bergelombang menghampirinya. Ya, itu Nissa. Aku lihat dia masih berdiri di samping Riyu yang sedang duduk. Nissa sepertinya menanyakan sesuatu, aku tak dapat mendengarnya karena angin laut. Lalau Riyu mengangguk dan tersenyum berkata sesuatu. Nissa pun duduk di sampingnya, mereka terlihat mengobrol dan tertawa bersama.

 Aku masih berdiri di tempat yang sama, ku sentuh dadaku yang terasa sesak. Semakin sesak, air mataku menetes perlahan membasahi pipiku. Aku terjongkok semakin lama melihat mereka, sakit sekali. Sungguh aku ingin yang di samping Riyu itu adalah aku bukan Nissa. Mengapa aku tidak pernah diberi kesempatan? Apa mungkin akulah yang salah. Ya, akulah yang salah.

 “Dana, ayo berdiri. Yuk kita kembali aja ke cottage.” Ajak Yuna yang sedari tadi memperhatikan semuanya dan menghampiriku untuk membantuku berdiri dan menenangkan hatiku.
_***_

 “Gimana? Udah gak apa-apa?” tanya Yuna dan Chelin bersamaan saat air mataku berhenti.
 “Iya, udah gak apa-apa kok. Makasih ya.” Jawabku tersenyum.

 “Udah lah, lo gak bisa nyalahin Riyu atau pun Nissa kan? Lo sendiri gak berusaha apapun untuk dekat dengan Riyu. Bukannya lo udah memilih untuk hanya duduk diam?” ucap Chelin mulai menasihati. Memang dialah yang lebih dewasa di antara aku, dan Yuna.

 “Iya, lo bener. Gue gak berhak apapun, tapi gue pikir Riyu sudah tahu bahwa aku menaruh rasa padanya. Yah, entahlah mungkin aku yang terlalu pede.” Jawabku pelan.

 “Sssst, yang diomongin dating tuh.” Ucap Yuna menunjuk arah pintu depan.

Kami semua diam, sekilas aku melirik Riyu dan Nissa yang masuk berbarengan. Aku tahu Nissa cewek yang lebih berani mendekatkan diri dengan orang yang disukainya. Lalu, tak sengaja mataku dan Riyu bertemu. Dengan cepat aku membuang pandanganku kea rah televise di belakangku. Riyu pun berlalu menuju ruang makan menghampiri teman-temannya.

 “Dan!” ucap Riyu yang tiba-tiba saja duduk di sampingku, sungguh aku terkejut.

 “Mmm, gak apa-apa. Kenapa?” jawabku sedikit lemas.

 “Kok tiba-tiba lesu? Kenapa hayoo!” Riyu menyenggol lenganku, mungkin berusaha menghibur.

 “Gak apa-apa Riyu! Tuh Nissa pengen ngobrol lagi kali sama lo.” Ucapku sedikit kesal, bodoh sekali. Riyu menoleh mencari-cari Nissa.

 “Mana gak ada Nissanya?” jawab Riyu bercanda.

 “Oh, ya carilah!” jawabku semakin kesal. Aku pun bangkit dari duduk. Aku pergi meninggalkannya yang terheran-heran melihatku. Aku pergi ke kamarku untuk beres-beres karena hari sudah hampir senja, waktunya kami pulang.
_***_

 “Ayo! Semuanya kumpul di dekat kapal yang tadi!” teriak Rama sebagai ketua kelas yang bertanggung jawab mengurus semua anggotanya.

 “Ma, udah komplit nih anak-anaknya. Langsung jalan aja.” Ucap Riyu.

 “Oke! Ayo semuanya duluan, gue di belakang supaya gak ada yang tertinggal.” Ucap Rama mengarahkan teman-temannya.

 “Cieee, pasti semakin suka deh. Rama bertanggung jawab banget kan?” bisikku pada Yuna.

 “Apaan sih Dan? Iya sih, gue gitu yang suka.” Balas Yuna semakin terbang perasaanya.
 “Haha, iya sih. Sedangkan gue salah menyukai orang.” Balasku jadi lemas.

 “Udah deh, jangan lemes gitu. Suka itu boleh kok sama siapa aja, sekalipun berbeda keyakinan. Asalkan jangan melebihi.”

 “Tumben lo bener? Haha”

Akhirnya kami semua sampai di depan kapal yang akan kami naiki untuk pulang. Tapi berhubung hari semakin senja, semakin terlihat matahari akan terbenam di ujung laut. Rama memutuskan untuk mengundur waktu sebentar untuk melihat matahari terbenam sebelum kembali pulang.

 Kami pun kembali berhamburan mencari tempat yang enak untuk melihatnya. Ada yang duduk ada yang menyender phon kelapa, ada yang duduk di atas kap kapal, ada pula yang berdiri. Aku dan teman-temanku lebih memilih berdiri.

 Aku merasa damai melihatnya, indah sekali. Sekitar lima menit lagi matahari benar-benar akan terbenam. Lalu aku sadar ini begitu sepi dan sunyi, aku lihat ke sebelah kiriku, teman-temanku sudah berada di belakang. Aku pun menoleh kea rah kanan,,,

 “Ya ampun! Kenapa lo ngagetin gue Riyu?” ucapku terkejut melihatnya sudah ada di sampingku.

 “Emang gue hantu. Ga segitunya kali lo kaget.” Jawab Riyu masih melihat matahari terbenam itu.

 “Terus lo ngapain di sini?” tanyaku sembari menoleh sanah-sinih. Anak-naka lain masih di tempatnya seolah terhanyut dengan matahri terbenam, dan teman-temanku tentu mereka senyum-senyum melihatku. Tak ada yang tahu aku sedang berdiri berdampingan dengan Riyu kecuali teman-temanku.

 “Emang kenapa? Gak boleh ya gue berdiri di sini? Di samping lo?” jawab Riyu kemudian membalikkan badannya ke arahku dengan senyum.

 “ya, boleh. Tapi gue rasa Nissa lebih seneng.” Jawabku cuek.

 “Kenapa harus Nissa kalau gue lebih nyaman di samping lo?” tanya Riyu. Pancaran sunset ini membuat mata dan wajah Riyu bercahaya.

 “Gue gak ngerti.” Jawabku heran. Lalu Riyu menggenggam kedua tanganku.

 “Gue tau kok tentang perasaan lo, gak perlu lo tutupin lagi. Cuma dengan tatapan lo, senyum lo, cara ngomong lo ke gue itu udah beda.” Jelas Riyu.

 “Tapi, gue gak minta apa-apa dari lo Yu sungguh. Maaf kalau lo gak nyaman. Gue udah berusaha untuk tetap duduk di belakang lo.” Jawabku.

 “Gue seneng ko, seneng banget begitu sadar kalau lo punya rasa yang beda untuk gue. Kalau gue gak kepedean begini gue gak akan tau yang sebenarnya dari mulut lo.”

 “Oh, ngeselin banget lo. Jadi sekarang lo cumapengen tau? Ah, lupain deh semuanya!” aku kesal dan malu. Ku tarik kedua tanganku darinya, tapi genggaman dia lebih kuat.

Aku tak sadar dia sudah memelukku erat, begitu cepat saat dia menarik kedua lenganku tadi. Aku terdiam tak tahu harus melakukan apa. Pelukannya sungguh hangat, berlangsung perlahan dengan hilangnya matahari dari pandangan.

 Riyu melepaskan pelukannya dan tersenyum memintaku untuk tetap di sisinya, aku merasa kupingku salah dengar.

 “Apa? Apa?” aku benar-benar tak percaya.
 “Dana, lo emang gak pernah tau gue selalu merhatiin lo diam-diam sama halnya lo mandang gue diam-diam dari balik layar.
Ternyata cara lo itu benar, dengan gue mengikuti cara lo, gue bisa ngeliat uniknya diri lo yang bisa buat gue senyum-senyum sendiri.” Jelas Riyu.

 “Jadi, gak Cuma gue yang berjuang dan menahan semua ini?” tanyaku memastikan bahwa cintaku, usahaku tidaklah bertepuk sebelah tangan.

 “Iya, lo hebat udah nyadarin gue tanpa lo ngedeketin gue kaya Nissa. Lo itu penyihir imut.” Ucap Riyu tertawa dan mengelus kepalaku lembut.

 “Woy, semuanya udahan sunsetnya nih. Ayo balik, semua ngantri ya satu-satu naik kapal!” teriakkan Rama membuat kami semua tersadar. Semua pun mulai mengantri, aku lihat Nissa memandangi aku dan Riyu dengan kesal.

 “Jadi?” tanya Riyu sebelum kami beranjak.
 “Gak perlu lo tanya kali Yu. Iya gue mau.” Jawabku singkat, padat, dan jelas.

Aku lega, rasa yang terpendam selama setahun ini berbuah sangat-sangat manis. Apa yang ku bayangkan sudah bisa terjadi. Kami tertawa bersama, kami bergandeng tangan bersama, kami tersenyum bersama, dan kami selalu bersama. Dia memang tak dapat ditebak jalan pikiran dan hatinya, tiba-tiba saja sudah menjdai miliku.

 Satu lagi, selama di kapal Nissa terus saja mendekatkan diri dengan Riyu. Tapi Riyu terus saja mendekatkan diri denganku. Sampai di saat aku berada di luar untuk melihat pemandangan, Nissa menghampiriku dan menyuruhku untuk tidak dekat-dekat dengan Riyu. Tentu saja aku tak menjawab, lalu Riyu menghampiriku. Dia meraih tanganku, dan berkata,,,

 “My witch sayaaang, ayo ke dalem! Nanti kamu masuk angin.” Ucap Riyu manja.

 “Loh, Riyu! Maksudnya?” tanya Nissa terheran-heran.

 “Sorry Nis, jangan ganggu gue mulu ya. Gue tuh gerah!” jawab Riyu beranjak pergi dengan menarik tangnku meninggalkan Nissa sendiri.
Yup, aku lihat mukanya yang kesal dan tak karuan. Hihi, maaf ya Nissa. Gue yang lebih dulu menyukai Riyu, wajar kan kalau gue yang ngedapetin dia juga? Semua cewek yang selama ini dekat dengan Riyu hanyalah saingan yang hanya lewat saja kok. 


By: Tantan :)