Kamis, 22 Januari 2015

Sebuah Pilihan (35) - Part.2 End

(Ada ataukah Tak Ada)

Saat aku menoleh.
Bruk! Ada sesuatu yang menyerang mukaku.

    “Ah! Apa ini?!” teriakku terkejut.

    “Bunga? Rava?!” aku sungguh terkejut begitu melihat buket mawar yang besar di hadapanku dan Rava yang tersenyum lebar di baliknya.

    “Ini untuk kamu, maaf sudah membuatmu bete tadi karena aku sibuk lagi dan lagi.” Ucapnya sangat menyesal.

    “Bagaimana kamu tahu aku di sini?” tanyaku menerima mawar itu.

    “Yah, aku pasti tahu. Kamu kan kalau bete atau bosan selalu main dengan Vio ke kota. Jadi aku mencarimu ke daerah sini karena saat aku ke rumahmu tak ada orang.” Jelas Rava.

    “Rava, ini voucher makan gratis di restauran ayam di sana. Ambilah! Vani daritadi tak mau makan. Untung saja ada kamu, dia pasti sudah baikan lagi sekarang. Aku ada urusan lain.” Ucap Vio tiba-tiba.

   “Oh, terimakasih Vio. Kamu gak mau ikut?” tanya Rava. Vio hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya tanda tak ingin. Lalu dia pergi begitu saja.
Aku hanya menatap punggungnya, kenapa? Bukankah tadi dia hampir mati memakai kostum icon itu? Hanya untukku. Dia pun belum menjawab pertanyaanku tadi. Tapi,,,
_***_

Tiga bulan berlalu. Hari pernikahan kami datang juga.
Kami mendapat banyak ucapan selamat dari teman-teman dan keluarga. Betapa bahagianya kami. Lalu aku melihat bayangan Vio di ambang pintu keluar.

    “Sebentar ya sayang, aku mau keluar dulu, tadi aku lihat Vio.” Ucapku pada Rava meminta izin dan di-iya-kan olehnya. Aku tidak tahu bahwa matanya mengikuti ke arah mana aku pergi.

    “Vio!” teriakku memanggilnya. Dia berhenti dan menghampiriku perlahan.

    “Selamat ya Vani. Maaf aku gak bisa lama-lama. Oh ya, ini ada hadiah sederhana untukmu.” Ucap Vio dengan senyum namun lagi-lagi kulihat ada tatapan sedih di sana.

   “Ini, bola kaca. Wah, ada saljunya. Wah, ternyata di balik sepasang kekasih ini ada menara Eiffelnya. Bagus! Makasih Vio.” Jawabku tersenyum lebar. Namun aku sedikit menunduk karena banyak tamu undangan di luar sini.

    “Itu mungkin yang terkahir, ingatlah wajah bahagiaku ini. Hadapi semua masalah di hidupmu dengan kebahagiaan.” Ucap Vio mengelus rambutku.
      "Kamu cantik Van." Ucap Vio sekali lagi memandangiku kagum, kemudian berlalu. Dia sendirian.

    “Tunggu! Vio!” aku tak mungkin bisa mengejarnya dengan gaun seperti ini. Dia berjalan terlalu cepat seolah melarikan diri. Tidak, dia hilang. Bayangannya hilang. Apa benar ini yang terakhir.

Klik!
     “Eh, apa ini? Ada sebuah laci kecil dari bola kaca itu terbuka saat tak sengaja aku tekan. Ah, ada kertas yang dilipat sangat kecil.” Aku mencari tempat duduk dan membaca isi surat itu.

Untuk Vani,
Yang aku yakin pasti sudah bahagia, sangat bahagia.
Aku adalah lelaki terbodoh di dunia ini.
Pasti kamu mulai tertawa membacanya.
Lalu kamu pasti berkata “Memang kamu sangat bodoh!”
     “Tau saja kau, haha.” Sesekali aku tertawa membacanya. Kemudian,,

Aku mencintaimu,
Aku menyayangimu,
Semua itu berawal sejak pertama kali kita bertemu kembali di SMA.
Itulah jawabanku atas semua pertanyaanmu selama ini.
Tidak, kamu tidak usah menangis untukku. Nanti wajahmu jadi berantakan sperti waktu itu.
    
      “Tapi aku sudah mulai menangis! Dasar bodoh!” batinku.


Saat di danau, aku ingin merebutmu darinya.
Tapi kemudian, dia datang dan kamu malah terlihat begitu lega.
Sebenarnya kamu sangat menyaynginya. Aku tahu tu.
Seharusnya dia tak pernah hadir!
Akulah yang sejak awal ada di sisimu!
Bagaimana mungkin kamu tidak melihatnya?
Apakah karena aku selalu bersembunyi?
Tidak, seharusnya akulah yang mendampingimu saat ini.
Itulah keegoisanku.
Namun akhirnya, aku tidak pernah bisa mampu merebutmu darinya.
Karena kebahagiaanmu ada padanya. Kamu hanya melihat dia.
Sekalipun kau terus terluka namun cintamu padanya mengalahkan segalanya.
Jadi, kamu pasti mengerti mengapa aku hanya diam.
Mengapa aku hanya menjagamu dari belakang.
Karena rasa cintaku yang mampu memendam semuanya demi kebahagiaanmu.
Sudahlah, jangan menangis.
Aku bahagia karena hanya denganku kamu mampu tertawa geli.
Jadi, aku bukanlah beban untukmu. Aku mampu menciptakan kenangan indah. Haha.
Bahagialah bersamanya, maka aku akan bahagia dengan dunia baruku yang tidak ada lagi seorang Vani di dalamnya.
Jika kamu tak bahagia, maka katakan pada Rava, "Vio akan merebutku dengan segera!" dengan tegas. Aku akan segera datang sesegera mungkin. ^_^
Jadi, tersenyumlah selalu untukku. Karena itulah yang kusuka darimu. Kamu selalu bersemangat. :)

    “Vio,,, bodoh! Harusnya kamu di sini menghapus air mataku ini.” aku tak sanggup. Air mataku terus mengalir, semoga saja riasanku tidak luntur.

    “Ya, selama ini kaulah yang selalu ada untukku. Namun kenapa aku begitu buta? Kamu menderita atas kebahagiaanku. Kamu membuatku menjadi orang jahat. Tapi, aku tidak bisa melepas Rava yang sangat aku cintai.” Aku berusaha menghentikan tangisku.

Tiba-tiba, sentuhan jemari hangat menyentuh pipiku. Jemari-jemari itu mengankat wajahku, dan sebuah kecupan hangat mendarat di dahiku.

    “Rava?” aku terkejut.

   “Makasih sudah memilihku. Percayalah padanya bahwa dia akan bahagia suatu saat nanti. Percayalah jika kau menyaynginya.” Ucap Rava menarikku bangkit dari duduk dan memelukku.

    “Apa yang harus aku lakukan? Dia selalu mampu menggantikan posisimu di kala kamu sibuk dengan duniamu. Tapi yang kuinginkan adalah kamu. Aku bingung.” Aku menangis dalam pelukannya.

    “Tidak apa-apa Van. Aku tahu kamu akan sulit memilih ketika Vio mengatakannya. Tapi, akulah yang sekarang sedang memelukmu, Vio sudah emmutuskan untuk melepasmu.” Jelas Rava.
   
    “Tapi,,, tidak akan ada lagi yang membuatku tertawa geli suatu saat nanti ketika kau terlalu sibuk dan meninggalkanku.”

    “Tidak akan kubiarkan itu. Aku sudah berjanji kan? Aku akan selalu di sisimu jika kita sudah menikah. Mulai sekarang jam kerjaku hanya dari pagi sampai sore. Aku sudah membuat perjanjian itu dengan atasnku. Semua untuk menebus kesalahanku hingga membuatmu sulit memilih seperti ini.” Jelas Rava melepas pelukannya.

    “Ya, aku percaya. Karena aku sudah memilihmu. Selama ini aku mampu menghadapi kelebihan dan kekuranganmu. Aku yakin kamu pun percaya padaku. Terimakasih Rava.” Ucapku tersenyum.

Kini yang akan selalu menghapus air mataku adalah Rava. Yang akan selalu membuatku tertawa geli adalah Rava. Yang membutaku nyaman dan aman adalah Rava. Terimakasih Vio untuk rasa sayangmu selama ini. Bahagialah kamu suatu saat nanti dengan wanita yang beruntung bisa mendapatkan cintamu.

_END_

By: Tantan :)

Jumat, 16 Januari 2015

Sebuah Pilihan (35) - Part.1

(Ada ataukah Tak Ada)

Kamu di mana?
            Sent 11.30 am

Sayang? Kamu gak lupa kan mau temenin-
Aku ke toko buku nanti sore?
            Sent 12.30 pm

Rava! Udah jam segini, kenapa smsku-
Gak kamu bales? Kamu ke mana?
            Sent 13.30 pm

Tuuuuut....... tuuuuut.........
Tutututututututut...

Kok telfonnya dimatiin sih?! Bales!
            Sent 14.30 pm

                        Maaf, tadi aku lagi rapat. Maaf ya yang, kayaknya-
                        Aku gabisa, mau ketemu client.
                                    Received 15.00 pm

Oke. Fine!
            Sent 15.05 pm

 _***_


    “Hei!” seorang pria dari balik tubuhku mengagetkan lamunanku.
    “Eh, Vio. Kok ada di sini juga sih?” tanyaku kebingungan.

    “Biasa, setiap sabtu emang suka ngajak adik jalan-jalan ke taman ini. Kok kamu sendirian? Ngelamun lagi. Hati-hati nanti kalau ada yang jahatin gimana?” ucapnya.

      “Enggalah, kan di sini rame. Aku cuma pengen nyantai aja kok.” Jawabku memaksa tersenyum.

    “Hei, wajah kamu gak menunjukan hal yang sama tuh. Kamu gak lagi nyantai aku tahu itu. Kenapa? Ada masalah? Sama Rava lagi?” tanyanya sembari duduk di sampingku. Aku hanya bisa diam.

      Vio, dia sebenarnya temanku sejak kecil. Dulu kami tetangga, namun kami tidak satu sekolah saat SD sampai SMP. Kemudian saat kelas tiga SMP, dia dan keluarganya pindah rumah. Masih satu kota, hanya beda kabupaten beberapa kilometer. Tak disangka kami kembali bertemu di SMA yang sama. Vio sudah seperti kakakku sendiri ketika SMA, awalnya kami canggung namun kemudian kami semakin dekat. Dia selalu menolongku, menasihatiku dengan amarahnya saat aku salah, lalu membuatku tertawa tersenyum-senyum ketika dia selesai menceramahiku. Aku tahu, dia tak ingin aku khawatir atau sedih. Dia selalu begitu.

    Pernah beberapa kali aku gagal dalam cinta, semua menyakitiku dan aku selalu menangis, mengadu padanya. Dia dengan lembutnya dan sedikit amarahnya selalu memberikan bahunya. Dia tak pernah keberatan jika semua bajunya basah karena air mataku. Sementara aku sibuk mencari cinta dan tersakiti, dia diam seolah tak tertarik dengan cinta.

     Namun dia selalu mengerti cinta, mengerti apa yang tak pernah aku mengerti. Bertahun-tahun kami bersahabat, suka duka, hingga aku sudah bertunangan dengan Rava, dia masih saja menemaniku. Dia memamerkan wanitanya di media sosial, namun aku tak perduli dengan kebenarannya atau hanya bohong belaka. Karena jika Vio tak membicarakannya berarti aku tak harus membahasnya. Semakin ke sini, Vio semakin terbuka padaku, terkadang dia berbagi masalahnya meski hanya sedikit. Tapi aku senang.

    “Dia kenapa lagi? Apa masih suka ilang? Kalian kan udah tunangan, kamu harus bisa selesein maslahnya Van." ucap Vio.

    “Ya, aku tahu itu. Makanya aku hanya diam di sini. Aku tahu dia sibuk demi masa depan kami, tapi....” aku berhenti, suaraku mulai parau.

    “Kamu mau ke mana Van? Main? Jalan-jalan? Makan? Kamu sudah makan belum? Yuk kita pergi!” tiba-tiba Vio bangkit dari duduknya dan menarik lenganku.

    “Tidak! Tunggu!” ucapku dengan cepat, aku tak ingin air mataku tumpah saat bangkit dari dudukku.

    “Vani. Hei, langit akan mendung jika kau menangis.” Ucapnya menghapus air mataku yang sudah menuruni pipiku yang lebar.
    “Huwaaa... huhuhuhu!” tangisku malah semakin menjadi. Vio panik.

    “Eh eh, Vani kok makin kencang sih? Aduh, nanti aku dikira jahatin kamu tau! Udah dong berhenti!” ucapnya berusaha menghapus air mataku yang sudah banjir dengan pergelangan bajunya.

    “Mmmpph!”  Vio berusaha menghentikan tangisku. Aku terkejut dengan apa yang dilakukannya. Saat mata kami bertemu, dia tersenyum sangat manis, aku masih saja terdiam hingga tak berkedip. Vio baru saja menciumku!

    “Nah, berhenti deh. Air matamu sudah kering dan bajuku basah semua. Sebagai gantinya kamu harus mentraktirku makan! Ayo!” aku hanya mampu memandangnya, memandang punggungnya saat dia menarik lenganku.

     Yap, namaku Vani. Kisah cintaku selalu saja gagal, aku merasa semua laki-laki di dunia ini jahat! Tapi ada dua hal yang kusadari, bahwa terkadang akulah yang salah dan Vio adalah satu-satunya laki-laki yang tidak jahat padaku. Aku hanya wanita biasa yang rapuh namun ingin terlihat kuat, yang sabar namun selalu menangis di pojokan kamar, yang selalu memaafkan namun selalu teriak-teriak ‘Aku sakiiit! Aku sakit hati!’ versi Yovie n Nuno-nya di kamar mandi.

    Setelah dua tahun duduk di bangku kuliah, aku menemukan Rava. Kami bersama hingga kami memutuskan untuk menikah, diawali dengan pertunangan di awal bulan lalu. Rava adalah teman semasa sekolahku dulu, kami kembali bertemu ketika acara reunian sekolah angkatan kami. Namun, dia selalu cuek padaku. Sesekali dia membahagiakanku namun seringkali dia meninggalkanku karena alasan kuliah dan sekarang karena pekerjaannya.
    Aku tahu, aku paham, sifatnya memang selalu serius. Dia anak yang rajin, dia sangat semangat untuk masalah pelajaran dan pekerjaan. Tapi, akulah yang dia korbankan. Aku selalu ditinggal sendirian, aku pura-pura mengerti supaya dia tak merasa terganggu. Lalu, mengapa aku masih bertahan? Karena Vio. Ya, Vio selalu menyelamatkanku sehingga aku tetap bahagia dikala Rava sibuk dengan dunianya, dan saat Rava hadir memberiku cinta dari sela-sela kesibukannya, Vio seolah lenyap. Lebih tepatnya melenyapkan diri.
_***_

Vio membawaku ke restoran ayam, karena sedang ada promo maka kami mencoba mendatangi restoran yang lumayan ramai itu. Aneh, terlihat ramai tak seperti biasanya.

    “Wah, ternyata sedang ada promo besar-besaran! Lihat Vio!” aku menunjukan brosurnya pada Vio dengan girang.

    “Promo! Bagi orang beruntung yang mampu menjadi icon Ayam Biru(icon restoran tersebut) selama dua jam tanpa henti sembari membagikan brosur akan mendapatkan makan gratis sampai hari ini berakhir.” Vio membacanya malas.

    “Eh, apa? Dua jam dengan memakai icon itu! Tidak usah deh Vio, itu melelahkan dan kau bisa saja mati kehabisan udara di dalamnya.” Ucapku khawatir dan beranjak pergi.

    “Saya! Saya ingin mencobanya.” Teriak Vio pada salah satu pelayan restoran tersebut. Aku terkejut dan membalikan tubuhku ke arahnya.

    “Vio! Apa yang kau lakukan?” tanyaku segera menghampirinya yang langsung memakaikan icon tersebut.

    “Kau harus makan, tapi aku tak punya duit. Jadi akan aku lakukan.” Ucapnya santai.
    “Ha?! Kamu serius? Aku bawa beberapa di dompetku, aku rasa itu cukup untuk kita berdua.” Jawabku polos.

    “Sudahlah, aku lihat kamu sangat kelaparan karena bahagis melihat ini. Sudah ya, kamu tunggu di sini, aku akan kembali dalam dua jam.” Ucapnya memakai kepala ayam itu, dan mulai berkeliling membagi selebaran restauran tersebut.

Apa yang dia lakukan? Lihat! Dia berjalan sangat lucu karena pantat ayamnya yang besar. Aku tak sanggup menahan tawaku, geli rasanya. Hampir dua jam aku terus mengikutinya, melihatnya diam-diam dari belakang. Aku terus saja menahan tawa geliku. Sesekali dia berjalan sambil menari-nari tak jelas supaya menarik pelanggan menerima brosur dan datang ke restauran itu. Apa yang sebenarnya dia lakukan? Aku tahu dia bohong tentang tak punya duit untuk makan kami, dia kan sudah bekerja, bekerja tetap di sebuah kantor terkenal di kota ini.

    “Oh! Gawat, dia datang. Aku harus cepat pergi.” Ucapku segera berlari menuju restauran tadi. Aku berdiri di samping restauran tersebut dan berpura-pura sibuk dengan hp-ku. Aku terus menunggu.

    “Hosh,,hosh,, Van, aku berhasil! Maaf apa kamu udah lapar?” tanyanya dengan nafas yang tak beraturan dan bersimbah keringat. Dia masih memakai kostumnya dan kepala ayamnya yang masih dia tenteng-tenteng.

    “Vio, kamu lelah. Aku belum lapar, kita istirahat saja dulu ya.” Ucapku khawatir.
Setelah Vio melepas kostumnya dan menerima voucher gratis itu, kami pergi menuju sebuah taman kecil di ujung jalan.

    “Wah! Aku tak akan pernah lagi memakainya!” teriaknya langsung duduk di sebuah bangku panjang yang menghadap danau. Saat itu masih siang namun cuaca tak begitu panas.

    “Maaf Vio, semua karena aku. Padahal aku hanya menunjukkan brosur itu padamu. Kamu bodoh! Siapa yang memintamu untuk melakukannya?” ucapku kesal.

    “Haha, aku seneng ko. Karena semua itu demi senyummu.” Jawabnya tertawa.
    “Maksudnya?”
    “Aku tahu kamu mengikutiku, jadi aku sengaja berlagak aneh supaya kau tertawa. Ternyata itu sangat mudah. Kamu tertawa geli. Jujur saja!”
    “Ha?! Jadi kamu lihat?! Sebal!” ucapku makin kesal dan malu. Lalu aku teringat insiden ciuman tadi.

    “Emm, Vio. Apakah kamu tadi menciumku hanya supaya aku diam?” tanyaku perlahan.
    “........” tak ada jawaban.

Aku melihatnya, dia tampak serius namun ada kesedihan dari tatapan matanya yang memandang jauh ke ujung danau.
    “Vio, kenapa?” tanyaku sekali lagi.
    “Aku,,” ucapannya berhenti ketika dia menatapku, dan terkejut melihat apa yang ada di belakangku.

_To Be Continued_

By: Tantan :)

Jumat, 02 Januari 2015

Sejarah Jurnalistik

Berdasarkan catatan Sejarah Jurnalistik, awal mula lahirnya jurnalistik dimulai sekitar 3000 tahun silam. Saat itu Firaun, Amenhotep III, di Mesir mengirimkan ratusan pesan kepada para perwiranya yang tersebar di berbagai provinsi untuk mengabarkan apa yang terjadi di ibukota. Inilah yang menjadi dasar konsep jurnalistik, yaitu menyampaikan berbagai pesan, informasi, atau berita.

Di Roma, sekitar 2000 tahun lalu terbit Acta Diurna yang artinya ’tindakan-tindakan harian’ yang memuat tindakan senat, peraturan pemerintah, berita kelahiran, dan kematian, yang ditempel di tempat-tempat umum. Di Eropa selama Abad Pertengahan, siaran berita yang masih ditulis tangan diminati oleh para pengusaha.

Perkembangan Jurnalistik

Perkembangan Jurnalistik di Indonesia

Di Indonesia, jurnalisme presisi mulai muncul dan dikenal sekitar tahun 1970-an. Baru pada era reformasi tepatnya pada tahun 1998, jurnalisme presisi ini mulai dikembangkan lagi. Sejak tahun itu mulai banyak sedikit demi sedikit mulai banyak lembaga pers yang mempraktekkan jajak pendapat atau polling sendiri seperti KOMPAS yang termasuk dalam pelopor dalam hal ini dengan didukung divisi Litbangnya yang tangguh. Serta kalangan pers mahasiswa, padahal jauh sebelum tahun 1997 banyak persma yang telah menggunakan jurnalistik presisi. Bahkan ada beberapa persma yang dicekal gara-gara melakukan polling, misalnya SINTESA yang sempat dilarang terbit karena membuat poling yang hasilnya sebagian besar mahasiswa Fisipol setuju untuk melakukan perubahan terhadap UUD ’45. Maka dari itu, jurnalistik presisi disebut juga sebagai ”cerminan suara hati rakyat”. Bentuk jurnalistik presisi memberi warna baru pada isi berita media yang semua isi realitas media isinya hanya suara pejabat, bukan suara rakyat.

Terdapat dua jenis Jurnalistik
1.    Jurnalistik Presisi
2.    Jurnalistik Konvensial

Perbedaan jurnalistik presisi dengan jurnalistik konvensial terletak pada metode penelitiannya. Jika jurnalistik konvensional menggunakan metode kualitatif sedangkan jurnalistik presisi menggunakan metode kuantitatif. Nilai sesungguhnya dalm jurnalisme presisi adalah kemampuan jurnalis untuk menganalisis data-fakta yang terkumpul dan menginterpretasikannya, ditambah menyampaikannya ke dalam wacana jurnalistik.

Perkembangan jurnalistik presisi di Indonesia pada tahun 1970 mendapat kekangan dari presiden Soeharto. Baru setelah Soeharto turun pada era reformasi, jurnalisme presisi mulai dikembangkan lagi hingga saat ini. Dan sudah mulai banyak lembaga-lembaga pers yang mulai mempraktekkannya. Tapi masih ada beberapa kelemahan dalam penggunaan jurnalistik presisi yaitu pada pengambilan sampel (sampling error) dan non sampling error yang jika di Indonesia terkait dengan kultur masyarakat Indonesia yang masih tertutup.

Perkembangan Surat Kabar

Perkembangan surat kabar semakin pesat setelah ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg. Tidak heran jika surat kabar pertama yang terbit secara teratur di Eropa di mulai di Jerman tahun 1609 bernama Aviso di Wolfenbuttel dan Relation di Strasbourg. Baru pada 1650 terbit surat kabar harian pertama, Einkommende Zeitung di Leipzig Jerman.

Di Indonesia sendiri, sejarah jurnalistik sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada masa-masa sebelum kemerdekaan, jurnalistik malah dipakai sebagai media propaganda yang sangat efektif dan intelek. ”Pertempuran” ide atau gagasan lebih leluasa disampaikan secara tertulis melalui media cetak.

Sejak tahun 1930-an sampai 1960-an muncul berbagai terbitan surat kabar dan majalah, seperti Pujangga Baru, Suara Umum, Pewarta Deli, Wasita, Mimbar Indonesia, Suara Umum, Bintang Timur, Berita Indonesia, Sinar Harapan, Warta Bakti, Harian Rakyat, dan masih banyak lagi.

Sekarang, perkembangan  dunia jurnalistik semakin maju dan modern. Surat kabar dan majalah bersaing dengan media elektronik, seperti televisi dan internet. Akses informasi media elektronik tersebut bisa lebih cepat dibanding surat kabar. Malah, televisi atau radio bisa menyiarkan informasi atau berita tentang peristiwa yang terjadi secara langsung. Hal ini sulit dilakukan oleh media cetak.

Beberapa tokoh sepanjang sejarah jurnalistik pun memiliki peran terhadap perkembangan jurnalistik Indonesia. Setidaknya kita mengenal nama Mochtar Lubis. Dia seorang sastrawan sekaligus wartawan senior. Sutan Takdir Alisjahbana yang pernah menjadi kepala redaksi Balai Pustaka dan pimpinan majalah Pujangga Baru.

Taufiq Ismail yang menggagas majalah Horison, Adinegoro yang pernah sekolah jurnalistik di Jerman dan menjadi Pemred Pewarta Deli. Sutomo yang pernah menerbitkan majalah Suluh Indonesia, Suluh Rakyat Indonesia, dan harian Suara Umum. Rosihan Anwar yang merupakan wartawan dan penulis senior dan produktif sampai sekarang.
1.    Sejarah Jurnalistik Masa Julius Caesar (60M)
2.    Sejarah Jurnalistik Masa Rasulullah Saw (Berdasarkan teori-teori sistem komunikasi tersebut maka cikal-bakal sistem komunikasi massa Islam atau sejarah jurnalistik Islam adalah tatkala Bilal mengumandangkan azan di zaman permulaan kenabian Muhammad Saw. Azan pertama itulah yang merupakan awal lahirnya sistem komunikasi massa Islam.)

Surat Kabar Cetak Pertama

Surat kabar cetak pertama terbit dan beredar di Cina dengan nama “King Pau” sejak tahun 911 M dan pada tahun 1351 M Kaisar Quang Soo telah mengedarkan surat kabar itu secara teratur seminggu sekali. Sedangkan pelopor surat kabar sebagai media berita pertama yang bernama “Gazetta” lahir di Venesia, Negara Italia pada tahun 1536 M. Saat itu Republik Venesia sedang perang melawan Sultan Sulaiman. Pada awalnya surat kabar ini ditulis tangan dan para pedagang penukar uang di Rialto menulisnya dan menjualnya dengan murah, tapi kemudian surat kabar ini dicetak.

Surat kabar cetak yang pertama kali terbit teratur setiap hari adalah Oxford Gazzete di Inggris pada tahun 1665 M. Surat kabar ini kemudian berganti nama menjadi London Gazzette dan ketika Henry Muddiman menjadi editornya untuk pertama sekali dia telah menggunakan istilah “newspaper”. Istilah inilah yang dipergunakan oleh semua orang sampai sekarang.

Di Amerika Serikat ilmu persuratkabaran mulai berkembang sejak tahun 1690 M dengan istilah journalism dan saat itu telah terbit surat kabar dalam bentuk yang modern, Publick Occurences Both Foreign and Domestick, di Boston yang dimotori oleh Benjamin Harris (Brend D Ruben, 1992: 22).
Pada abad ke-17 John Milton memimpin perjuangan kebebasan menyatakan pendapat di Inggris yang terkenal dengan Areopagitica, A Defence of Unlicenced Printing. Sejak saat itu jurnalistik bukan saja menyiarkan berita (to inform), tetapi juga mempengaruhi pemerintah dan masyarakat (to influence). Perjuangan John Milton kemudian diikuti oleh John Erskine pada abad ke-18 dengan karyanya yang berjudul “The Right of Man”. Pada abad ke-18 ini pula lahir sistem pers liberal mengantikan sistem pers otoriter.

Di Universitas Bazel, Swiss jurnalistik untuk pertama kali dikaji secara akademis oleh Karl Bucher (1847 – 1930) dan Max Weber (1864 – 1920) dengan nama Zeitungskunde pada tahun 1884 M. Sedangkan di Amerika mulai dibuka School of Journalism di Columbia University pada tahun   1912 M/1913 M dengan penggagasnya bernama Joseph Pulitzer (1847 –  1911).

Sepanjang tahun 1960-an di Amerika Serikat muncul para perintis jurnalisme baru yang merasa bosan dengan tatakerja jurnalisme lama yang dianggap kaku dan membatasi gerak wartawan pada tehnik penulisan dan bentuk laporan berita. Mereka melakukan inovasi dalam penyajian dan peliputan berita yang lebih dalam dan menyeluruh. Pada era jurnalisme baru saat ini para wartawan dapat berfungsi menciptakan opini public dan meredam konflik yang terjadi di tengah masyarakat.

Sejarah Kertas

Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.

Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.
Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau.

1.    Versi China
Sebelum kertas ditemukan, orang kuno menggunakan beragam material untuk mencatat sesuatu. Orang Mesir kuno menuliskan catatan di batang pohon, di piringan tanah oleh orang Mesopotamia, di kulit domba oleh orang eropa dan yang lainnya.

Terinspirasi dari proses penggulungan sutra, orang China kuno berhasil menemukan bahan seperti kertas yang disebut 'bo' yang terbuat dari sutra. Namun produksi bo sangatlah mahal karena kelangkaan bahan.

Pada awal abad ke dua, pejabat pengadilan bernama Cai Lun berhasil menemukan kertas jenis baru yang terbuat dari kulit kayu, kain, batang gandum dan yang lainnya. Kertas jenis ini relatif murah, ringan, tipis, tahan lama dan lebih cocok untuk digunakan dengan kuas.

Pada awal abad ke tiga, proses pembuatan kertas pertama ini menyebar ke wilayah Korea dan kemudian mencapai Jepang. kertas jenis ini merambah negeri Arab pada masa Dinasti Tang dan mulai menyentuh Eropa pada abad ke 12.
Pada abad ke 16, kertas mencapai wilayah Amerika dan secara bertahap menyebar ke seluruh dunia.

2.    Versi Mesir
Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan kertas bagi Dunia. Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero China pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.

Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ke tangan orang-orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Talas pada tahun 751 Masehi di mana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga pada zaman Abbasiyah, muncullah pusat-pusat industri kertas baik di Bagdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian menyebar ke Italia dan India, lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.

Sejarah Mesin Ketik

Mesin ketik atau Mesin tik adalah mesin, atau alat elektronik dengan sebuah set tombol-tombol yang, apabila ditekan, menyebabkan huruf dicetak pada dokumen, biasanya kertas. Dari awal penemuannya sebelum tahun 1870 sampai pada abad 20, mesin ketik banyak digunakan oleh para penulis profesional dan pekerja di kantor. Sejak saat itu, mesin ketik telah menjadi bagian dari bisnis perusahaan dan menjadi produk komersil di seluruh dunia.

Walaupun masih populer dengan beberapa profesi, seperti penulis, mesin ketik fungsinya telah teralihkan dengan kehadiran mesin lain. Pada akhir dasawarsa 1980-an, mesin pengolah kata dan komputer pribadi (personal computer) telah menggantikan fungsi mesin ketik di beberapa negara di dunia bagian barat. Walaupun demikian, mesin ketik masih digunakan di beberapa negara tertentu di dunia hingga saat ini.

Penemuan mesin ketik diawali pada tahun 1714, saat Henry Mill memperoleh hak paten karena menciptakan sebuah mesin yang menyerupai mesin ketik. Di samping itu muncul pula penemuan kertas karbon oleh Pellegrino Turri yang merupakan salah satu cikal bakal dari komponen mesin ketik. Pada tahun 1829, William Justin Burt menciptakan sebuah mesin yang disebut “typowriter”, yang dikenal sebagai mesin ketik pertama. Walaupun demikian, mesin ini bekerja lebih lama daripada menulis dengan menggunakan tangan, sehingga Burt tidak dapat menemukan seorang pembeli atau pihak perusahaan yang mau membeli hak paten tersebut. Hal ini menyebabkan mesin itu tidak dapat diproduksi untuk komersil. Mesin ketik ini digunakan dengan cara putaran, bukan tombol-tombol untuk memilih karakter, sehingga disebut “index typewriter”, bukan “keyboard typewriter”.

Pada pertengahan tahun 1800, secara global dapat dilihat adanya peningkatan komunikasi bisnis. Kejadian ini menciptakan kebutuhan akan proses penulisan secara mekanik, sehingga proses menulis menjadi lebih cepat. Pada tahun 1829 sampai 1870, penemuan mesin ketik banyak bermunculan di negara-negara Eropa dan Amerika, namun tidak ada yang berhasil membuat mesin ketik menjadi sebuah produk yang dihasilkan secara komersil. Kemudian pada tahun 1855, Giuseppe Ravizza, seorang berkebangsaan Itali, menciptakan sebuah prototipe mesin ketik. Pada akhirnya, pada tahun 1861, Father Francisco João de Azevedo, seorang pendeta Brazil, menciptakan mesin ketik buatannya sendiri. Penemuan ini menimbulkan klaim bahwa ia adalah seorang penemu sejati mesin ketik. Klaim ini kemudian menimbulkan kontroversi. Di antara tahun 1864 sampai 1867, Peter Mitterhofer, seorang tukang kayu berkebangsaan Austria, berhasil mengembangkan beberapa model mesin ketik dan prototipe ini dapat berfungsi secara penuh pada tahun 1867.

Mesin ketik pertama kali yang sukses secara komersil diciptakan oleh C. Latham Sholes, Carlos Glidden dan Samuel W. Soule pada tahun 1867. Penemuan ini kemudian memperoleh hak paten dan dibeli oleh E. Remington and Sons, sebuah perusahaan manufaktur.

Jenis Mesin Ketik

A. Berdasarkan ukuran mesin
1.    Mesin ketik portable - Ukuran mesin ketik kecil dan ringan sehingga dapat dibawa kemana saja. Mesin jenis ini dilengkapi dengan satu buah tutup yang menyerupai tas kecil.
2.   Mesin ketik semi standar - Ukuran mesin ketik sedang dan memiliki komponen yang lebi lengkap dari jenis mesin ketik portable.
3.    Mesin ketik standar - Ukuran mesin ketik besar dan berat sehingga sulit dipindahkan. Mesin jenis ini mempunyai perlengkapan yang lebih sempurna dari kedua jenis mesin ketik lainnya.

B. Berdasarkan ukuran huruf
1.    Mesin ketik huruf Pica (Pica type) - Mesin ketik ini biasanya digunakan untuk menulis karya ilmiah. Huruf Pica adalah jenis huruf ukuran besar, setiap satu inci ketikan menempati sepuluh hentakan.
2.    Mesin ketik huruf Elite (Elite type) - Mesin ketik ini digunakan untuk mengetik huruf elite, yang ukurannya lebih kecil dari huruf Pica. Setiap satu inci ketikan memuat dua belas hentakan.

C. Berdasarkan tenaga penggerak
1.    Mesin ketik manual (manual typewriter) - Jenis mesin ketik ini sering disebut dengan mesin ketik tangan, karena digerakkan oleh tangan manusia yang meliputi memencet tombol, menggeser gindaran, dan sebagainya.
2.    Mesin ketik listrik (electric typewriter) - Mesin ketik ini digerakkan oleh tenaga listrik. Dalam pengoperasiannya, manusia berperan sebagai pengendali.

Sejarah Penerbitan Koran

Pada Desember 1948 di Indonesia telah terbit 124 surat kabar dengan total tiras 405.000 eksemplar. Tetapi pada April 1949, jumlah surat kabar berkurang menjadi hanya 81 dengan tiras 283.000 eksemplar. Ini diakibatkan oleh Agresi Militer Belanda Kedua yang terjadi pada Desember 1948. Sementara, jangkauan tiras berubah dari 500 menjadi 5.000 eksemplar. Sepanjang periode ini, pers Indonesia semakin memperkuat semangat kebangsaan, mempertajam teknik berpolemik, dan mulai memperlihatkan peningkatan semangat partisan.

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dan masa pemerintahan Presiden Soeharto sangat dibatasi oleh kepentingan pemerintah. Pers dipaksa untuk memuat setiap berita harus tidak boleh bertentangan dengan pemerintah, di era pemerintahan Soekarno dan Soeharto, kebebasan pers ada, tetapi lebih terbatas untuk memperkuat status quo, ketimbang guna membangun keseimbangan antarfungsi eksekutif, legislatif, yudikatif, dan kontrol publik (termasuk pers). Karenanya, tidak mengherankan bila kebebasan pers saat itu lebih tampak sebagai wujud kebebasan (bebasnya) pemerintah, dibanding bebasnya pengelola media dan konsumen pers, untuk menentukan corak dan arah isi pers.

Bagi Indonesia sendiri, pengekangan pemerintah terhadap pers di mulai tahun 1846, yaitu ketika pemerintah kolonial Belanda mengharuskan adanya surat izin atau sensor atas penerbitan pers di Batavia, Semarang, dan Surabaya. Sejak itu pula, pendapat tentang kebebasan pers terbelah. Satu pihak menolak adanya surat izin terbit, sensor, dan pembredelan, namun di pihak lain mengatakan bahwa kontrol terhadap pers perlu dilakukan.

Suatu pencerahan datang kepada kebebasan pers, setelah runtuhnya rezim Soeharto pada tahun 1998. Pada saat itu rakyat menginginkan adanya reformasi pada segala bidang baik ekonomi, sosial, budaya yang pada masa orde baru terbelenggu. Tumbuhnya pers pada masa reformasi merupakan hal yang menguntungkan bagi masyarakat. Kehadiran pers saat ini dianggap sudah mampu mengisi kekosongan ruang publik yang menjadi celah antara penguasa dan rakyat.

Pada masa Orde Lama, pers sempat mengalami masa keemasan, sejak lahirnya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Pers Indonesia menjadi sarana kebebasan berpendapat dan pada saat yang sama juga menjadi sarana sosialisasi pemerintah dan juga oposisi. Pers yang berafiliasi dengan partai politik justru memiliki oplah yang paling tinggi. Tidak jarang pers menjadi sarana saling serang antara kelompok politik dan afiliasi kebudayaan. Pers juga masuk ke perdebatan ideologi sepanjang tahun 1950-1959. Pers Orde Lama masuk dalam kategori Libertarian Press.

Orde Baru lahir pada akhir tahun 1965. Dalam sidang pleno ke-25 Dewan Pers, disebutkan bahwa Pers Pancasila adalah Pers Indonesia dalam arti pers yang memiliki orientasi, sikap, dan tingkah lakunya didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Hakikat Pers Pancasila adalah pers yang sehat, pers yang bebas dan bertanggung jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang benar dan objektif, penyalur aspirasi rakyat, dan kontrol sosial yang konstruktif. Namun masa kebebasan ini hanya berlangsung delapan tahun.

Sejak 1995, internet memainkan peran penting dalam penyebaran informasi di kalangan aktivis dan pengakses internet. Demam internet di Indonesia dijangkitkan oleh kehadiran Apakabar, mailing-list yang dikelola oleh John McDougall dari Amerika. Melalui Apakabar berbagai pandangan disebarkan, dari yang paling radikal hingga puritan, dari aktivis pro-demokrasi sampai aparat intel-militer. Selain berisi polemik berbagai pendapat dan pandangan, Apakabar juga menyebarkan informasi dari media massa, dalam dan luar negeri, yang berkaitan dengan situasi terbaru di Indonesia.

Ketika Soeharto jatuh pada bulan Mei 1998 oleh gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa dan aktivis gerakan sosial di Indonesia, perubahan pun terbuka dengan mundurnya Soeharto. Bagi para jurnalis itu berarti peluang terwujudnya jaminan kebebasan pers. Menteri Penerangan yang baru, Junus Josfiah, segera merevisi ketentuan perizinan (SIUPP) dan mencabut ketentuan wadah tunggal organisasi wartawan.

Sistem Pers Indonesia
Berdasarkan filosofi model teori media oleh Ralph Lowenstein, tipe sistem pers Indonesia adalah Social Libertarian.
Tipe Social Libertarian adalah sistem dimana media massa bebas, tetapi ada kontrol minimal dari pemerintah untuk menghilangkan hambatan pada saluran komunikasi dan menjamin pelaksanaan semangat filosofi liberal.

Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Wartawan selain dibatasi oleh ketentuan hukum, seperti Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun 1999, juga harus berpegang kepada kode etik jurnalistik. Tujuannya adalah agar wartawan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya, yaitu mencari dan menyajikan informasi.

Fungsi Kode Etik Jurnalistik
Kode Etik Jurnalistik menempati posisi yang sangat vital bagi wartawan, bahkan dibandingkan dengan perundang-undangan lainnya yang memiliki sanksi fisik sekalipun, Kode Etik Jurnalistik memiliki kedudukan yang sangat istimewa bagi wartawan. M. Alwi Dahlan sangat menekankan betapa pentingnya Kode Etik Jurnalistik bagi wartawan. Menurutnya, Kode Etik setidak-tidaknya memiliki lima fungsi, yaitu:
a. Melindungi keberadaan seseorang profesional dalam berkiprah di bidangnya
b. Melindungi masyarakat dari malpraktek oleh praktisi yang kurang profesional
c. Mendorong persaingan sehat antarpraktisi
d. Mencegah kecurangan antar rekan profesi
e. Mencegah manipulasi informasi oleh narasumber

UU ITE
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah ketentuan yang berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat hukum di wilayah hukum Indonesia dan/atau di luar wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan Indonesia.

Secara umum, materi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UUITE) dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu pengaturan mengenai informasi dan transaksi elektronik dan pengaturan mengenai perbuatan yang dilarang. Pengaturan mengenai informasi dan transaksi elektronik mengacu pada beberapa instrumen internasional, seperti UNCITRAL Model Law on eCommerce dan UNCITRAL Model Law on eSignature. Bagian ini dimaksudkan untuk mengakomodir kebutuhan para pelaku bisnis di internet dan masyarakat umumnya guna mendapatkan kepastian hukum dalam melakukan transaksi elektronik.

Beberapa materi yang diatur, antara lain:
1. pengakuan informasi/dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah (Pasal 5 & Pasal 6 UU ITE)
2. tanda tangan elektronik (Pasal 11 & Pasal 12 UU ITE)
3. penyelenggaraan sertifikasi elektronik (certification authority, Pasal 13 & Pasal 14 UU ITE)
4. penyelenggaraan sistem elektronik (Pasal 15 & Pasal 16 UU ITE)

Beberapa materi perbuatan yang dilarang (cybercrimes) yang diatur dalam UU ITE, antara lain:
1. konten ilegal, yang terdiri dari, antara lain: kesusilaan, perjudian, penghinaan/pencemaran nama baik, pengancaman dan pemerasan (Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE)
2. akses ilegal (Pasal 30)
3. intersepsi ilegal (Pasal 31)
4. gangguan terhadap data (data interference, Pasal 32 UU ITE)
5. gangguan terhadap sistem (system interference, Pasal 33 UU ITE)
6. penyalahgunaan alat dan perangkat (misuse of device, Pasal 34 UU ITE)



Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kertas
http://id.wikipedia.org/wiki/Mesin_ketik
http://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_jurnalistik
http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-undang_Informasi_dan_Transaksi_Elektronik
http://informasi-pintar.blogspot.com/
http://faridamegawati.blogspot.com/2012/10/sejarah-perkembangan-jurnalistik-di.html
http://dagudwordfromme.blogspot.com/