Senin, 25 April 2016

Yang Terdalam (37)

      Mendung, hujan, badai. Padahal ini bulan pertama dari musim kemarau. Mengapa langit begitu gelap seolah tak ingin menampakkan sinarnya yang begitu bersemangat. Layaknya hatiku, mataku, diriku. Semuanya gelap dan hampa, tapi sekali-kali badai kembali datang memporak porandakan apa yang sudah hancur sebelumnya. Begitulah yang kulihat dari pantulan diriku di cermin meja tidurku.
 
    “Apa? Apa yang ingin kau lakukan sekarang Nai?” ucapku tanpa ekspresi pada pantulanku sendiri di cermin.
    “Tidak tahu. Aku hanya tak tahu bagaimana semua ini bisa terjadi. Aku adalah yang terbodoh dari semua manusia.” Balasku.
    “Bodoh? Ya kau memang bodoh! Sikapmu itu yang telah membuatmu menjadi bodoh! Sadarlah dan jangan seperti ini terus!” bentakku lagi pada cermin itu.
     “........” aku hanya terdiam dan air mataku mulai menggenang. Kulihat mataku sudah sangat buruk, sembab, bengkak tak karuan.
    “Tak usah menangis! Dasar cengeng! Lemah! Bodoh! Tak usah membuat dirimu menjadi pecundang seperti ini!” teriakku pada cermin itu dengan amat kesal.
    “Lalu apa yang harus aku lakukan?! Aku mencintainya! Menyayanginya! Bagaimana bisa aku biasa saja ketika dia meninggalkanku?! Bagaimana bisa dia membuang segalanya! Kebahagiaanku, semuanya!” tangisku pecah. Aku meraung-raung tak jelas.
    “Kenapa harus dia? Kenapa harus dia yang memiliki segalanya yang aku cari?!”
 
Aku sangat benci diri ini!
                                                           _***_

Dua tahun lalu.
    “Kamu serius mau terima aku?” tanya Koko padaku dengan nada tak percaya.
    “Iya, hehe.. Kenapa kamu seneng banget?” tanyaku malu-malu.
    “Ya abisnya aku gak percaya kamu beneran mau sama aku.”
    “Hmm, soalnya kamu aneh tiap tahun nembakin mulu. Ini yang ketiga kalinya, lama-lama aku bisa mati. Hahaha.”
    “Hehe,, iya ya. Ga sadar aku. Tapi makasih yaa.”
 
Koko begitu senang ketika cintanya aku terima. Awalnya aku tak pernah berpikir untuk menerimanya. Meskipun selama berteman aku merasa nyaman dengannya, tapi jaraklah satu-satunya alasan aku ragu untuk menerimanya. Tapi, aku pilih untuk mengambil  resiko ini karena Koko pernah meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja jika dijalankan.
                                                            _***_

Setengah tahun berlalu, aku semakin menyukainya. Aku mencintainya lebih dan lebih. Aku merasa tiada yang kurang darinya. Kita memiliki banyak kesamaan, aku bahagia sekali. Tapi terkadang dia cuek seolah tak mau tahu apa yang sudah kulalui setiap harinya. Tak sering dia bertanya bagaimana hari-hariku. Pernah ketika aku ingin membagi kebahagiaan dan dukaku dalam hidup, aku tak merasa nyaman. Aku merasa dia hanya sekedar mendengar tanpa menyimak.
 
    “Hai, kamu ga suka ya sama ceritaku? Bosan ya?” tanyaku melalui pesan singkat.
    “Enggak ko, kan aku mendengarkan. Jadi cerita kamu Cuma gitu aja kan? Yaudah udah emang aku harus nanggepin gimana? Aku gabisa peluk kamu kan jauh jadi yaudah.” jawabnya.
    “Hmm, iya sih. Yasudah makasih udah mau dengar ceritaku.”
    “Iyaa siip.” Singkat, padat, jelas.

Terkadang aku tak pernah mengerti kenapa dia seperti itu. Saat dia bahagia dia datang padaku untuk bercerita, betapa bahagianya aku mendengarnya. Seolah itu adalah kebahagiaanku pula. Aku menanggapi dengan antusias. Dan ketika dia kesal dengan kerjaannya, aku cemas dan mendengar keluhannya, berusaha menyemangatinya meskipun itu tidka berguna.
                                                              _***_

Kemudian setahun berlalu, akhirnya kami bisa bertemu. Betapa bahagianya aku saat itu. Perasaan tegang, deg-degan, senang, dan cemas bercampur menjadi satu.

Tok tok tok...
    “Ah itu pasti Koko! Duh gimana nih, udah rapih kah? Aduh deg-degan! Muleesss! Gimana nih. Hufft! Tarik napas, dan keluarkan. Harus terlihat wajar.” Ucapku pada pantulan diriku di cermin.
Betapa tidak cemasnya, ini pertemuan pertama kamu sejak kami berpacaran. Aku hanya takut terlihat aneh saat dia melihatku. Kemudian aku segera ke depan rumah untuk membuka pintu.

Aku melihatnya, dia di depanku. Tinggi, kulitnya hitam manis, wajahnya juga kenapa terlihat sangat manis membutaku tak tahan ingin tersenyum lebar. Kami hanya mampu bertatap beberapa detik dan tersenyum.
    “H..Hai! Mmm,, ayo masuk.” Ucapku berusaha tenang.
    “Mmm,, aneh ya rasanya kaya baru kenal padahal kita udah temenan sejak dulu.” Aku memulai percakapan.
    “Iya, hehe. Hmm, ayo jalan sekarang aja biar gak kemaleman.” Balasnya.
    “Oh iya, ayo. Hehe.” Bodoh, tertawa saja terus. Hufft, aku bingung sekali saking senangnya.
                                                               _***_

    “Nai, kesitu yuk liat komik-komik baru.” Ucap Koko menarik tanganku erat. Wah, tangan Koko. Pertama kalinya aku memegang tangan ini, rasanya lebih besar dan hangat.
    “Hoi! Kenapa Nai?” tanyanya tiba-tiba.
    “Ah, enggak ko. Itu, aku Cuma sedikit seneng. Maaf. Hehe.” Ucapku dengan polosnya.
    “Aih, aku juga seneng ko Nai.” Balasnya tersenyum padaku. Wah manisnya.

Beberapa jam kami terus keliling mall di kota, bahagianya seperti penantian setahun ini karena LDR telah terbayarkan semua. Kalau seperti ini terus aku pasti bisa bertahan, aku pasti bisa melalui hari-hari LDR kami dengan mudah. Jakarta - Singapura, tak akan ada masalah lah.
    “Udah malem nih, pulang yuk.” Ajaknya.
    “Oh iya, yah cepet banget siiih. Kuraaaaang!” ucapku manja.
    “Yaa besok lagi ya sayang. Besok kamu aku jemput deh main di rumah ya? Terus makan malem di luar.” Balasnya menggenggam erat kedua tanganku.
    “Wah, asiiik. Bisa ketemu lagi. Oke oke!” aku begitu senang, hampir saja aku memluknya. Aku urungkan niatku karena kita masoh berada di tengah keramaian.

Menit demi menit kunikmati perjalanan pulang ini, aku tak ingin menyisakan sedetikpun. Karena bagiku waktu sangat berharga untuk kami. Aku memandang tubuhnya dari bangku penumpang di motornya, dan mengingat setiap inci wajahnya ketika dia tersenyum, terdiam, serius, dan semuanya.
  
   “Udah sampe nih.”
    “Aih cepet banget?” aku kaget karena lamunanku belum selesai.
    “Hehe, begitulah kalau lagi berdua sama pacar. Pasti kerasa cepat.” Ucapnya.

Aku pun turun dari motornya dan membuka mulut untuk mengucapkan selamat malam, tapi Koko keburu berbicara.
    “Aku gak dicium?” sungguh aku terkejut bukan main.
    “A..apa? Ci...cium? Oh iya ya kita kan pacaran, cium pipi ya? Oke sini.” Betapa polosnya aku berpikir bahwa yang dia harapkan adalah itu.

Tuk!!
    “Aw, helm! Maaf maaf, helmnya lupa dilepas jadi nabrak deh. Ehehehe..” Memalukan, sunguh sangat malu rasanya.

     Secepatnya aku melepas helmku, dan sedikit berjinjit untuk mencium pipinya karena dia masih duduk di motornya. Entah kenapa aku sedikit memejamkan mata, apa yang kulakukan? Hmm..
Tapi tiba-tiba aku merasakan ada yang aneh, sepersekian detik kurasakan bibirku menyentuh yang lain, sudah pasti bukan pipinya. Ini berbeda, aneh. Buru-buru kubuka kedua mataku.
 
    “Akh!” aku langsung menghindar dan entahlah, antara kaget dan malu.
    “Apa yang kamu lakukan?! Kenapa kamu nengok! Itu bukan pipimu, itu apa?” ucapku sedikit berteriak.
    “Bibirkulah. Hehe.” Balasnya dengan santai dan tersenyum. Aku terdiam seperti es balok.
    “Bibirnya, oke. Oke. Oke.” Ucapku dalam hati dengan diamku yang masih seperti es balok tadi.
    “Iya udah aku pulang ya. Makasih ciumannya.” Ucapnya tersenyum.
    “Heeeeee!! Itu gak  sengaja ya! Ingat itu gak sengaja! Bukan aku yang menciummu, tapi kamu!” sungguh aku tak terima dia menjailiku.
    “Iya iya, aku kok yang sengaja. Itu cuma sebuah kecupan Nai, tak lebih. Yasudah ya, byeee..” balasnya tersenyum lagi dan berlalu begitu saja. Dasar menyebalkan. Tapi kenapa aku tersenyum-senyum?
                                                                 _***_

Satu tahun setengah berlalu.
      Kami selalu bertengkar, akhir-akhir ini dia selalu terlihat meladeni cewek lain. Bahkan mantannya pun masih dia ladeni, ade-adeannya pun begitu. Tapi dia selalu bilang bahwa mereka hanya teman dan bersilaturahmi tidak lebih. Ya aku tahu itu. Tapi semakin sering juga dia tak ada waktu untukku. Ya aku tahu dia sibuk bekerja dan kuliah.
 
        Aku berusaha menunggu hingga malam tiba, dimana dia sudah tak sibuk lagi dengan kerjaan dan kampusnya. Tapi tetap saja hanya tak sesering dahulu kami mengobrol. Obrolan kami semakin sedikit, tapi terkadang dia kembali seperti dulu yang bahagia mengobrol denganku, tapi kemudian dia menjauh lagi. Sungguh aku tak mengerti.
 
     “Kamu tuh kenapa sih selalu aja curiga! Bahkan sama cewek gak dikenalpun kamu curigain! Aku tuh malu!” bentak Koko padaku di sebrang telfon genggamku.
    “Aku Cuma takut mereka bakal buat kamu lebih nyaman dari aku dan kamu pergi. Bukankah dahulu kita juga teman? Dan kamu masih berhubungan dengan mantan dan ade-adeanmu. Cewek mana yang gak tenang?” balasku tak mau kalah.
    “Ya enggalah! Kamu tuh percaya dong sama aku. Aku aja gak pernah curiga sama kamu karen aku percaya. Kamu jangan bikin malu aku di depan temen-temen cewekku. Mereka sampai laporan ini itu tentang kamu yang nanya-nanya gak penting ke mereka.” Jelasnya kesal.
    “Loh, untuk apa mereka laporan? Memangnya mereka siapanya kamu? Jadi kamu malu punya aku? Kamu lebih milih teman-teman cewekmu itu dan malu ngakuin aku?” tanyaku.
    “Bukan gitu. Ah udahlah aku capek! Kita putus aja! Kamu carilah cowok yang bisa selalu ada untuk kamu dan gak punya banyak teman!” ucapnya dengan keras.
 
     “Tapi aku cuma takut, aku takut karena aku gamau kehilangan kamu. Oke mungkin aku yang salah, aku bukan cewek yang baik untukmu seperti mantnamu itu. Tapi setidaknya kamu menghargai aku! Aku yang udah kamu pilih, aku yang udah sengaja menerimamu dulu. Setidaknya buat aku berubah jadi lebih baik. Kenapa kamu nyerah dan pergi?” tanyaku, air mataku duah menggenang tak tertahankan.
 
     “Aku udah gabisa. Aku capek, aku mau sendiri aja dulu sementara ini. Aku gak mau ada yang ganggu aku minta-minta waktuku dan ada yang mencurigaiku terus. Maaf. Tapi kita masih bisa berteman, gak ada yang tahu siapa jodoh kita kan? Kita pisah dengan baik-baik ya? Semoga kamu nemuin yang lebih baik dari aku. Tapi kalau suatu saat kamu butuh aku, dateng aja, sebagai teman aku akan bantu.” Ucapnya untuk terakhir kalinya.
 
     “Lalu apa janjimu? Yang katanya semua akan baik-baik saja. Aku hanya pecemburu, tak ingin miliku disentuh oleh yang lain. Tapi kau menganggapnya itu sebuah keburukan yang amat sangat hingga membuatmu malu. Lalu apakah aku harus tak peduli padamu? Dan pergi dengan yang lain? Itu maumu? Kita sudah memiliki semuanya, mengapa semudah itu Ko?” tanyaku bertubi-tubi.
 
     “Selamat tinggal Ko. Terimakasih untuk semuanya. Terimakasih sudah menyadarkanku akan titik kesalahanku selama ini. Terimakasih juga sudah memilih untuk pergi.” Secepatnya kututup telfon itu dan kubuang ke lantai sebelum aku jatuh dan menangis menahan luka di hatiku.
                                                                 _***_

Aku kembali menatap diriku di cermin dengan muka tanpa ekspresi.
   “Begitulah, tak ada yang mau bertahan bersamaku. Tak ada yang mau menuntunku untuk menjadi lebih baik. Mereka semua pergi, mungkin tak mau buang-buang waktu bersamaku.” Tangisanku sedikit meredam.
      “.....” suara itu telah hilang. Diriku yang lain pun tak sanggup berkata apa-apa.

Aku terus memandnag diriku di cermin, mata yang bengkak, air mata dimana-mana, wajah yang kusut, dan tubuh yang kurus. Sungguh sangat jelek sekali. Kemana diriku yang ceria dan cantik itu? Aku terus bertanya, dan terlintas kenangan bersama Koko lagi. Seketika tangisku kembali pecah seolah air mataku tak pernah mengering.
   
       “Dua tahun yang sia-sia!!” aku meraung-raung tak jelas, memukul-mukul meja di bawah cermin itu. Aku tak peduli sesakit apa, semua tak sebanding dengan sakit di hatiku, meja itu hampir retak, kupukul dan pukul lagi berharap semua sakit ini hilang.
 
Tiba-tiba ayah masuk karena mendengar suara ribut dari kamarku.
   “Naia! Kenapa kamu? Sudah hentikan!” ucap ayah segera memelukku cemas.
    “Aku tak bisa Yah, aku tak bisa!” ucapku terus meraung dalam pelukan ayah.
    “Tak bisa apa? Apa yang terjadi katakan pada ayah. Kenapa? Kamu ada masalah dengan Koko?” tanya Ayah melepas pelukannya dan menatap wajahku yang lusuh.

    “Koko meninggalkanku karena sikapku yang buruk! Dia tak ingin membantuku memperbaiki sikapku lagi, dia sudah tak tahan. Dia pergi, tak ada yang mau bertahan bersamaku yah. Kenapa? Kenapa harus aku? Selalu ditinggalkan. Apa salahku? Aku hanya ingin disayang dan dicintai. Jika aku salah sadarkan aku seperti ayah memarahiku ketika aku menghamburkan uang sehingga aku sadar dan akan selalu menabung. Kenapa mereka tak begitu? Kenapa?” jelasku panjang lebar dengan terengah-engah menahan tangisku.

    “Sudahlah Nai sudah. Tak pantas kamu menangisi dan menyesali mereka yang tak menginginkanmu,--“ ayah kembali memelukku dengan sayang.

   “Tapi kenapa? Aku hanya ingin tahu kenapa mereka tak tulus padaku? Tak ada yang mau memperbaikiku. Apa semua itu hanya buang-buang waktu? Mungkin tak penting. Tapi dia sudah memilihku, kenapa dia juga yang meninggalkanku. Apa dia tahu bahwa aku seburuk ini makanya dia menyesal? Kalau begitu untuk apa kebahagiaan yang lalu itu?” Ucapku memotong perkataan ayah.

     “Tidak sayang! Kamu tidak buruk. Mereka saja yang tidak berusaha untuk melihat lebih dalam bahwa kamu indah. Ingatlah jodoh kamu itu pastilah orang yang baik, yang menginginkanmu, yang tak akan meninggalkanmu. Sesibuk apapun dia, pastilah dia selalu menghubungimu jika dia benar menginginkanmu, dia tak akan membuatmu cemas. Dia pun pasti akan selalu ada disisimu untuk membuatmu menjadi yang lebih baik, tak akan meninggalkanmu sayang. Sudah sudah, ornag seperti itu layaknya kau buang dan tak usah kau pungut lagi.” Jelas ayah.

Aku pun mulai tenang, mendengar kata-kata ayah aku sangat merasakan kedamaian. Masih ada ayah yang menyayngiku, yang selalu disisi untuk menyadarkanku, yang tak pernah meninggalkanku jika aku bersalah dan benci padanya.
  
  “Ayah, aku ingin memiliki seorang suami yang seperti ayah. Yang tidak meninggalkanku, yang menginginkanku, yang bijaksana, yang peduli, yang penyayang dan penyabar hanya pada kerluarganya yang tidak pernah mencoba berhubungan dengan wanita lain. Ayah, kau begitu sempurna.” Ucapku tersenyum memeluk ayah.
   
     “Iya sayang, amin. Ayah dan ibu selalu mendoakanmu disetiap sujud kami hanya untuk anak-anak kami bahagia dunia dan akhirat. Amin. Jadi bahagialah lagi, cerialah seperti Naia anak ayah yang dulu.”

Wahai jiwa yang hancur, bersabarlah. Menyatulah kembali sembari memantaskan lagi dirimu untuk seseorang yang pantas kau miliki kelak, meskipun itu butuh waktu yang lama. Berjuanglah Nai! 

Maju dan maju, jangan kau ratapi terlalu lama, itu tak pantas untuk seorang wanita yang memiliki derajat lebih tinggi dari kaum pria. Janganlah kau mencintai seorang manusia melebihi cintamu pada Allah. Cintailah Tuhanmu maka kau akan bahagia. Amin.

                                                                 _Tamat_

By: Tantan :)

Softskill 2 'Penerjemahan Bhs. Inggris'

Penerjemahan Bhs. Inggris Berbantuan Komputer 2


SOURCE LANGUAGE
MT (MACHINE TRANSLATION)
Google Tranlate
TARGET LANGUAGE
MOBILE COMMUNICATION
Komunikasi Bergerak
Komunikasi Selular
Introduction to mobile communication
Pengantar komunikasi bergerak
Pengantar komunikasi selular
Since its introduction in the late 1970s and early 1980s, mobile telephony has undergone an enormous expansion. As the size and weight of the mobile phone itself has shrunk, the networks have become more powerful, the market has grown and the cost of equipment and airtime has declined sharply. At the same time, the services available – such as voice banks, call forwarding and data transmission – have also increased the attractiveness of the product, especially for the business user. Much of the development has been due to the intense competition in the mobile market, which is less regulated than the fixed telephone market.
Sejak diperkenalkan pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, telepon seluler telah mengalami perluasan besar. Sebagai ukuran dan berat dari ponsel itu sendiri telah menyusut, jaringan telah menjadi lebih kuat, pasar telah tumbuh dan biaya peralatan dan airtime telah menurun tajam. Pada saat yang sama, layanan yang tersedia - seperti bank suara, call forwarding dan transmisi data - juga telah meningkatkan daya tarik produk, terutama untuk pengguna bisnis. Banyak pembangunan telah karena persaingan yang ketat di pasar ponsel, yang kurang diatur dari pasar telepon tetap.
Sejak diperkenalkan pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, telepon genggam telah mengalami perluasan besar. Sebagaimana ukuran dan berat dari ponsel itu sendiri telah menyusut, jaringan telah menjadi lebih kuat, pasaran telah berkembang dan biaya peralatan dan biaya airtime telah menurun tajam. Pada saat yang sama, layanan yang tersedia - seperti bank suara, penerusan panggilan dan transmisi data - juga telah meningkatkan daya tarik produk, terutama untuk pengguna bisnis. Banyak pembangunan yang telah berdiri disebabkan oleh persaingan yang ketat di pasar ponsel, salah satunya menjadi kurang teratur dibandingkan pasar telepon yang dapat diatur.
The two main types of technology in use are analogue and digital. The first systems to be introduced were analogue; these are still the most used, and they offer the widest coverage within most countries. Digital systems are a more recent introduction, and they are becoming increasingly common throughout the world. They have several advantages over analogue, notably their capacity, reliability and security. They also offer extra services, especially for business costumers. In addition, although some analogue systems allow the user to “roam” within a certain number of countries, digital systems give greater flexibility, which could soon include world-wide roaming.
Dua jenis utama dari teknologi yang digunakan adalah analog dan digital. Sistem pertama yang diperkenalkan adalah analog; ini masih yang paling sering digunakan, dan mereka menawarkan cakupan terluas dalam sebagian besar negara. sistem digital adalah pengenalan yang lebih baru, dan mereka menjadi semakin umum di seluruh dunia. Mereka memiliki beberapa keunggulan dibandingkan analog, terutama kapasitas mereka, kehandalan dan keamanan. Mereka juga menawarkan layanan tambahan, terutama untuk pelanggan bisnis. Selain itu, meskipun beberapa sistem analog memungkinkan pengguna untuk "berkeliaran" di dalam sejumlah negara, sistem digital memberikan fleksibilitas yang lebih besar, yang bisa segera meliputi jelajah seluruh dunia.
Dua jenis utama dari teknologi yang digunakan adalah analog dan digital. Sistem pertama yang diperkenalkan adalah analog; ini masih yang paling sering digunakan, dan mereka menawarkan cakupan terluas dalam sebagian besar negara. sistem digital adalah pengenalan yang lebih baru, dan mereka menjadi semakin umum di seluruh dunia. Mereka memiliki beberapa keunggulan dibandingkan analog, terutama kapasitas mereka, kehandalan dan keamanan. Mereka juga menawarkan layanan tambahan, terutama untuk pelanggan bisnis. Selain itu, meskipun beberapa sistem analog memungkinkan pengguna untuk "menjelajah" di dalam sejumlah negara, sistem digital memberikan fleksibilitas yang lebih besar, yang dapat segera menjelajah yaitu meliputi seluruh dunia.
GSM-Global System for Mobile communication- is the pan-European digital standard which is rapidly spreading throughout Europe and is also establishing itself as the standard in other parts of the world. The main threat to GSM comes from CDMA, a code-division multiple access technology which uses frequencies more economically than time-division systems (TDMA) used by GSM. The advantages of CDMA, a rapidly developing technology, may give it a competitive edge over GSM, especially in markets like the USA where the airwaves are already crowded. The general prediction is that digital systems, of whichever technology, will gradually take over from analogue systems, especially in the more developed markets. However, recent trends suggest that in established markets the transfer is happening more slowly than was forecast. If one system is widely adopted, the regular traveller can have just one mobile phone which she or he uses whilst on the move in a number of countries.
Sistem GSM Global for Mobile komunikasi-adalah standar digital pan-Eropa yang cepat menyebar di seluruh Eropa dan juga menetapkan diri sebagai standar di bagian lain dunia. Ancaman utama untuk GSM berasal dari CDMA, kode-divisi teknologi akses beberapa yang menggunakan frekuensi lebih ekonomis daripada sistem time-division (TDMA) yang digunakan oleh GSM. Keuntungan dari CDMA, teknologi berkembang pesat, mungkin memberikan keunggulan kompetitif atas GSM, terutama di pasar seperti Amerika Serikat di mana gelombang udara sudah penuh sesak. Prediksi umum adalah bahwa sistem digital, teknologi mana, secara bertahap akan mengambil alih dari sistem analog, terutama di pasar yang lebih maju. Namun, tren terbaru menunjukkan bahwa di pasar yang didirikan transfer yang terjadi lebih lambat dari yang diperkirakan. Jika salah satu sistem diadopsi secara luas, traveler teratur dapat memiliki hanya satu ponsel yang dia atau dia menggunakan sementara di bergerak di sejumlah negara.
GSM-Global System for Mobile Communication-adalah standar digital uni-Eropa yang cepat menyebar di seluruh Eropa dan juga memantapkan dirinya sebagai standar di bagian lain dunia. Ancaman utama untuk GSM berasal dari CDMA, beberapa kode-divisi akses teknologi yang menggunakan frekuensi lebih ekonomis daripada sistem time-division (TDMA) yang digunakan oleh GSM. Keuntungan dari CDMA, teknologi yang berkembang pesat, mungkin memberikan keunggulan kompetitif atas GSM, terutama di pasar seperti Amerika Serikat di mana gelombang udara sudah penuh sesak. Prediksi umum adalah bahwa sistem digital, teknologi mana pun, secara bertahap akan mengambil alih dari sistem analog, terutama di pasar yang lebih maju. Namun, tren terbaru menunjukkan bahwa di pasar yang didirikan pemindahan yang sedang terjadi lebih lambat dari yang diperkirakan. Jika salah satu sistem diadopsi secara luas, para pelancong secara teratur hanya dapat memiliki satu ponsel yang dia gunakan sementara dia bergerak di sejumlah negara.

Senin, 04 April 2016

Softskill 1 'Penerjemahan Bhs. Inggris'


Penerjemahan Bhs. Inggris Berbantuan Komputer 1


SOURCE LANGUAGE
MT (MACHINE TRANSLATION)
Google Tranlate
TARGET LANGUAGE
Childhood Depression
Depresi Anak
Depresi Masa Kanak-Kanak
“Nobody likes me” is a common in middle childhood, when children tend to be popularity-conscious. But when these words were addressed had accused him of stealing from the teacher’s purse, it was a danger signal. The boy vowed that he would never return to school- and he never did. Two days later, he hanged himself by a belt from the top rail of his bunk bed.
"Tidak ada yang suka padaku" adalah umum di masa kecil menengah, ketika anak-anak cenderung popularitas sadar. Tapi ketika kata-kata ini ditujukan telah menuduhnya mencuri dari dompet guru, itu adalah sinyal bahaya. Anak itu bersumpah bahwa ia tidak akan pernah kembali ke sekolah- dan dia tidak pernah melakukannya. Dua hari kemudian, ia gantung diri oleh sabuk dari rel atas tempat tidurnya.
“Tidak ada yang menyukaiku” kata-kata ini sudah umum di tengah masa kanak-kanak, ketika secara sadar mereka berpura-pura menjadi populer. Tapi ketika kata-kata ini berujuan untuk menuduhnya telah mencuri dompet milik seorang guru, ini adalah tanda yang berbahaya. Anak itu bersumpah bahwa dia tidak akan pernah kembali ke sekolah dan tidak akan pernah melakukannya. Dua hari kemudian, dia gantung diri menggunakan sabuk dari atas pagar kayu tempat tidurnya.
Fortunately, depressed children rarely go to such length, though suicide among young people is on the increase. How can we tell the difference between a harmless period of the “blues” (which we all experience at time) and a major affective disorder-that is a disorder of mood? The basic symptoms of an affective disorder are similar from childhood through adulthood, but some features are age-spesific (DSM III-R, 1987).
Untungnya, anak-anak tertekan jarang pergi ke panjang tersebut, meskipun bunuh diri di kalangan anak muda ini terus meningkat. Bagaimana kita bisa membedakan antara periode berbahaya dari "blues" (yang kita semua pengalaman pada waktu) dan afektif utama gangguan-yang merupakan gangguan mood? Gejala-gejala dasar dari sebuah gangguan afektif yang sama dari masa kanak-kanak sampai dewasa, namun beberapa fitur yang spesifik umur (DSM III-R, 1987).
Untungnya, depresi anak-anak jarang sekali bertambah, meskipun bunuh diri di kalangan anak muda masih terus meningkat. Bagaimana kita bisa membedakan antara periode yang berbahaya dari “kesedihan” (dimana kita semua pernah mengalaminya saat itu) dan pengaruh gangguan utama yang merupakan gangguan suasana hati? Gejala-gejala  dari sebuah pengaruh gangguan yang sama sejak masa kanak-kanak sampai dewasa, namun beberapa ciri umur lebih spesifik (DSM III-R, 187).
Friendlessness is only one sign of childhood depression. This disorder is also characterized by inability to have fun or to concentrate, and by an absence of normal emotional reactions. Depressed children are frequently tired, extremely active, or inactive. They walk very little, cry a great deal, have trouble concentrating, sleep too much or too little, lose their appetite, start doing poorly in school, look unhappy, complain of physical aliments, feel overwhelmingly guilty, suffer severe separation anxiety (which may take the form of school phobia), or think often about death or suicide. Any four of five these symptoms may support a diagnosis of depression, especially when they represent a marked change from the child’s usual pattern. Parents do not always recognize “minor” problems like sleep disturbances, loss of appetite, and irritability as signs of depression, but children themselves are able to decribe how they feel.
Friendlessness hanya satu tanda depresi anak. Gangguan ini juga ditandai dengan ketidakmampuan untuk bersenang-senang atau untuk berkonsentrasi, dan dengan tidak adanya reaksi emosional yang normal. anak yang mengalami depresi sering lelah, sangat aktif, atau tidak aktif. Mereka berjalan sangat sedikit, menangis banyak, sulit berkonsentrasi, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, kehilangan nafsu makan, mulai melakukan buruk di sekolah, terlihat bahagia, mengeluhkan penyakit fisik, merasa sangat bersalah, menderita kecemasan pemisahan parah (yang mungkin mengambil bentuk fobia sekolah), atau sering berpikir tentang kematian atau bunuh diri. Setiap empat dari lima gejala ini dapat mendukung diagnosis depresi, terutama ketika mereka mewakili perubahan yang nyata dari pola yang biasa anak. Orang tua tidak selalu mengenali "kecil" masalah seperti gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan mudah tersinggung sebagai tanda-tanda depresi, tetapi anak-anak sendiri mampu menggambarkan bagaimana perasaan mereka.
Tidak memiliki teman adalah satu-satunya tanda dari depresi masa kanak-kanak. Gangguan ini juga ditandai dengan ketidakmampuan untuk bersenang-senang atau konsentrasi, dan dengan tidak adanya reaksi emosional yang normal. Anak-anak yang depresi sering merasa lelah, sangat aktif, atau tidak aktif. Mereka berjalan sangan jarang, menangis adalah cara terbaiknya, sulit berkonsentrasi, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, kehilangan nafsu makannya, terlihat tidak bahagia, mengeluhkan penyakit fisiknya, merasa sangat bersalah, menderita pemecahan kecemasan yang parah (seperti misalnya fobia untuk bersekolah), atau sering berpikir untuk kematian atau bunuh diri. Setiap empat dari lima gejala ini dapat mendukung diagnosa depresi, terutama ketika mereka menunjukan perubahan yang nyata dari pola yang biasanya anak-anak lakukan. Orangtua tidak selalu mengenali masalah “kecil” seperti gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan mudah tersinggung sebagai tanda-tanda depresi, tetapi anak-anak sendiri mampu menggambarkan bagaimana perasaan mereka.
No one is sure of the exact cause of depression in children or adults. There is some evidence for a biochemical predisposition, which may be triggered by spesific experiences. Depression school –age-children are children likely to lack social and academic competence, but it is not clear whether incompetance causes depression or vice versa. The parents of depressed children are more likely to be depressed themselves, suggesting a possible genetic factor, a reflection of general stress in ill families, or the result of poor parenting practices by disturbed parents.
Tidak ada yang yakin penyebab pasti depresi pada anak-anak atau orang dewasa. Ada beberapa bukti untuk kecenderungan biokimia, yang dapat dipicu oleh pengalaman tertentu. sekolah depresi -Umur-anak adalah anak-anak cenderung kurang kompetensi sosial dan akademik, tetapi tidak jelas apakah ketidakmampuan menyebabkan depresi atau sebaliknya. Orang tua dari anak yang mengalami depresi lebih mungkin mengalami depresi sendiri, menunjukkan faktor yang mungkin genetik, merupakan cerminan dari stres umum dalam keluarga yang sakit, atau hasil dari praktik orangtua miskin oleh orang tua terganggu.
Tidak ada yang yakin akan penyebab pasti dari depresi pada anak-anak atau dewasa ini. Ada beberapa bukti untuk kecenderungan biokimia, yang dapat dipicu oleh pengaalaman tertentu. Depresi anak sekolah adalah anak-anak yang cenderung kurang bisa berkompetisi secara sosial dan akademik, tetapi tidak jelas apakah ketidakmampuan menyebabkan depresi atau sebaliknya. Orangtua dari anak yang mengalami depresi lebih mungkin mengalami deoresi pada diri mereka sendiri, kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik, yaitu cerminan dari stres yang umum dalam keluarga, atau hasil dari perlakuan orangtua yang buruk oleh orangtua yang terganggu.