D
|
i sebuah desa yang kecil, bernama
Desa Sunagakure. Hiduplah seorang lelaki muda yang berjiwa mulia. Sebut saja
dia Juna. Dia remaja berusia 17 tahun yang hampir sempurna. Wajahnya tampan dan
manis. Kulitnya putih bercahaya, rambutnya yang hitam dan sedikit berdiri,
dengan poni kanannya yang menambah ketampanannya. Tak hanya itu, Juna adalah
lelaki yang baik hati juga pemaaf. Sayangnya sikap luar dia dingin dan terlihat
cool. Namun air mata wanitalah kelemahan dia.
Dia
dibesarkan oleh kakeknya di salah satu gubuk kecil di desa itu. orang tuanya
meninggal saat Juna dilahirkan. Juna mampu hidup sendiri membantu kakeknya.
Setiap harinya, ia membantu berkebun dan berkeliling desa menjual buah-buahan
dengan sepeda ontel milik kakeknya. Tak sulit baginya menjual semua itu.
Bagaimana tidak? Begitu Juna masuk pusat desa, semua perempuan langsung
menyerbunya dan membeli dagangannya. Tetapi, namanya juga desa kecil, jadi
buah-buahannya pun hanya dijual murah. Bagi Juna tak masalah, selama ia dan
kakeknya masih bisa makan, dan desa aman juga tentram.
“Enak
sekali mereka tertawa-tawa seperti itu. Padahal mereka tak tahu apa yang mereka
pijak ini. Yah, itu lebih baik daripada aku harus melihat mereka ketakutan.”
Ucap Juna tersenyum tipis pada dirinya sendiri, ketika berjalan pulang.
Tak
ada yang tahu, kecuali orang-orang yang sudah tua dan Juna sendiri. Asal mula
Desa Sunagakure yang penuh tipu daya. Para orang tua tak pernah mengungkap
kejadian 80 tahun yang lalu pada anak-anaknya.
Setibanya
di rumah, Juna sangat terkejut melihat rumahnya yang berantakan dan hancur. Dia
berlari menjatuhkan sepedanya. Dia mencari-cari apa yang terjadi. Juna tak
mendapati kakeknya. Dia berlari ke sana ke mari, dengan nafas yang
terburu-buru. Dia pun berlari menuju kebunnya. Memanggil-manggil kakeknya
dengan sangat khawatir, dan mendapati sayatan bertanda bintang di bebearpa
pohon.
“Tidak,
mungkinkah mereka kembali? Bagaimana bisa?” ucap Juna dalam batinnya. Dia terus
berlari mencari hingga akhirnya menemukan kakek tergeletak di tanah.
“Kakek!
Kakek bangun! Ada apa?” teriak Juna menopang tubuh kakeknya.
“Segel,,,
segel i,, itu. Uhuk,uhuk...” ucap kakek yang sekarat.
“Ada
apa dengan segelnya?” tanya Juna khawatir.
“Te,,,
terbuka. Me,, mere,,ka menuju de,,sa.” Lanjut kakek menunjuk gua di balik pohon
besar di depannya. Juna tak percaya, siapa yang telah membukanya?
“Aku
per,,,percaya kau ma,,,mampu Juna.” Ucap kakek yang terakhir kali.
“Kakek!
Tidak, kakeeeek!!!” teriak Juna sedih dan marah. Membuat bola matanya yang biru
berubah menjadi merah darah, keringat dingin membanjiri tubuhnya.
“Tidak,
aku harus bisa menahan diri sampai kutemukan para Shiho itu!” Bola matanya
kembali biru, dan langsung memakamkan kakeknya.
_***_
J
|
una berlari menuju pusat desa, ia
khawatir dengan orang-orang di desa. Tapi, dia lihat masih aman-aman saja.
Kemana Shiho itu pergi? Dia berjalan pelan, seolah tak ada yang terjadi agar
warga tak panik. Matanya tajam mencari siapa yang telah membuka segel itu,
hanya kakek dan kedua orangtuanya yang bisa menutup dan membuka segel itu. Lalu
ia berhenti di depan gang sempit yang gelap. Dia melihat sosok gadis yang
terduduk di samping tumpukan sampah. Begitu Juna mendekat, gadis itu terkejut
dan berlari. Gadis itu begitu ketakutan.
“Tunggu!”
Teriak Juna yang langsung mengejar gadis itu.
Tak
perlu berlelah-lelah ria bagi Juna untuk mengejar gadis itu. Di persimpangan
jalan di pusat desa, Juna menarik lengan gadis itu. Membuat gadis itu terjatuh
di depannya. Gadis itu kesakitan dan melihat Juna tajam. Juna menunduk dan
memeluk gadis itu. Ya, dia tahu gadis itu telah melihat Shiho. Itulah salah
satu kemampuan Juna.
“Tak
usah takut, aku di sini. Maukah kau bercerita apa yang terjadi, kepadaku?” ucap
Juna lembut dan melepas pelukannya. Gadis itu sedikit tenang dan mengangguk,
seolah terhipnotis oleh senyuman Juna yang begitu lembut dan tampan.
Juna
membawa gadis itu ke sebuah padang rumput, agar warga tak ada yang tahu. Gadis
itu bernama Mina. Ia pun menceritakan, bahwa ia tak sengaja melihat gua besar
di belakang rumah Juna. Saat itu ia ingin membantu kakeknya yang kebetulan
tergelincir saat mengambil buah. Mina sedang lewat dengan sepedanya. Ia pun
membantu kakek memetik buah di kebunnya.
Tanpa
sepengetahuan kakek, Mina menyentuh tirai transparan di pintu gua itu. Karena
rasa penasarannya, ia menyentuh tirai itu dengan kedua tangannya. Seketika itu
cahaya menyerbu Mina dari dalam gua. Mina terjatuh dan tak sadarkan diri.
Begitu sadar,matanya mengerjap-ngerjap, dan ia melihat kakek sedang melawan
makhluk berjubah hitam besar dengan lubang di bagian tengah tubuhnya. Begitu
banyak, salah satunya menghampiri Mina yang masih lemah. Mina ketakutan melihat
makhluk itu tak terlihat wajahnya, karena jubah hitamnya dan lubang besar di
tubuhnya. Makhluk itu pun menggenggam pedang bintang bergerigi tajam di
tangannya, membuat Mina benar-benar takut.
Saat makhluk
itu mengayunkan pedangnya, saat itulah kakek tertusuk karena menyelamatkan
Mina. Kakek menyuruh Mina lari dan mencari Juna. Akhirnya dengan sekuat tenaga
dan rasa takut yang amat sangat, Mina berlari entah kemana. Sampi menuju gang
sempit tadi, ia bingung harus kemana.
“Tak apa, sekarang
aku di sini. Makhluk itu bernama Shiho, yang artinya Shinigami Hollow. Mereka
adalah iblis pencabut nyawa gadungan yang serakah dari tanah terkutuk. Mereka sudah
disegel di gua itu sejak 80 tahun yang lalu.” Jelas Juna sembari merasakan
damainya angin di padang rumput itu.
“Aku tak
mengerti. Kau ini sebenarnya siapa? Dan apa maksud semua ini?” tanya Mina yang
masih kebingungan.
“Jika saja
segel itu tak dibuka, desa tak akan kembali kacau. Kenapa kau membukanya?”
bentak Juna kesal.
“Aku tak tahu!
Aku tak mengerti!” Ucap Mina menangis. Rambutnya yang coklat dan panjang,
wajahnya yang mungil, putih dan manis seperti anak kecil. Juna tak mampu
melihatnya menderita.
“Oh tidak!
Jagan air mata yang kau keluarkan! Maafkan aku Mina. Aku akan menjagamu.” Ucap
Juna memeluk Mina. Jelas saja, kelemahan Juna memang air mata wanita.
“Aku,
sebenarnya bukan manusia seutuhnya. Aku adalah siluman setengah manusia, dari
tanah kematian. Aku sudah hidup 80 tahun hingga sekarang, kau mungkin bingung
kenapa aku hidup selama itu, tapi aku masih terlihat 17 tahun. Hidupku sudah
kekal setelah 17 tahun. Ya, ayahku seorang dewa kematian, dan ibuku setengah
siluman. Mereka terbunuh oleh pemimpin Shiho itu!” Jelas Juna dengan sedikit
emosi.
“Jadi, kau
seperti bangsal Elf dari negeri dongeng?” tanyanya pelan.
“Mungkin
begitu. Jadi, apa kau sebenarnya? Yang dapat membuka segel itu hanya keturunan
kami.” Tanya Juna terburu-buru.
“Aku tak tahu.
Yang aku tahu, aku ini manusia.” Jawab Mina polos.
“Tangan suci.”
Ucap Juna berbisik, melihat telapak tangan Mina yang berkilauan bagai permata.
Hanya Juna yang dapat melihatnya.
“Apa?” tanya
Mina tak mendengar ucapan Juna.
“Tidak, tak
seharusnya kau ikut dalam perang ini. Pergilah!” ucap Juna.
Mina diam dan
mundur perlahan, dia pergi berlari meninggalkan Juna. Kini saatnya Juna
berperang sendiri melawan Shiho-Shiho itu. Tak ada yang tahu Juna seorang
siluman kecuali kakeknya. Desa ini terlahir karena jiwa kedua orangtua Juna.
Setelah kakek berhasil menyegel Shiho itu di dalam gua, orangtuanya meninggal
karena sudah sekarat dan menyatu dengan bumi. Mereka menjadikan ini sebuah Desa
Sunagakure, yang artinya desa pasir, karena ada Juna yang harus hidup damai.
Dan saat Shiho itu kembali, Junalah yang akan memusnahkan mereka.
_***_
Juna berlari
menuju pusat desa yang sudah berantakan, ia menembus warga yang berlari
ketakutan. Amarah Juna muncul ketika Shiho terlihat di depan jalan membunuh
satu persatu warga desa, dan menjadikan nyawa warga desa sebagai kekuatan
abadinya. Dia berlari secepat kilat, menembus angin di sekitarnya.
“Aaaaargh...
Hentikan itu pecundang!” teriak Juna dengan bola matanya yang berubah merah
darah, dan sebilah pedang malaikat di tangannya.
“Kau
akan mati di tanganku!” lanjut Juna, kali ini menancapkan pisau di kepala Shiho
yang tak terlihat oleh jubah. Shiho itupun terbakar dan musnah, hanya pedang
malaikat itu yang mampu memusnahkan Shiho. Karena Shiho takut pada malaikat
suci.
Satu Shiho
lain datang dari belakang tubuh Juna, menghantamnya ke tanah. Juna terbanting
karena tak siap. Shiho itu begitu kejam dan cepat, mereka terus menghantam Juna
ke tanah, ke tembok, ke toko-toko, sampai menembus beberapa rumah. Mereka tak
memberi Juna kesempatan membalas. Mereka mencoba menusuk Juna dengan pedang
tajam mereka, namun Juna terus menghindar.
Sret!
Pedang Shiho akhirnya menggores
pipi juna hingga berdarah. Juna marah dan tak tahan karena tak bisa membalas.
Kemarahannya yang tak tertahan mampu membuat tubuh aslinya keluar, giginya
perlahan tumbuh mejadi tajam seperti srigala. Sayap hitamnya yang besar pun
dengan cepat keluar membentang di punggungnya. Kupingnya berubah menjadi kuping
serigala yang hitam. Namun pakainnya berubah menjadi sosok shinigami, dengan
pedang yang masih sama di tangannya. Matanya penuh amarah, kekuatannya lebih
besar dari Shiho tapi tidak pemimpinnya.
Juna
terbang melesat, menerjang tubuh Shiho satu persatu dan menusuknya dengan
pedang malaikat. Mereka seolah tak ada habisnya, Juna terus menyerang.
Menghantam mereka bersamaan ke tanah hingga berlubang, menyerbu mereka dengan
kecepatan pukulan yang Juna miliki. Peperangan terus berlangsung. Akhirnya
mereka habis, namun sang pemimpin Shiho datang. Langit terlihat merah karena
adanya pertumpahan darah. Juna sudah kelelahan, namun ini yang dia tunggu. Dia
ingin melawan sang pemimpinnya.
The
king of Shiho, dia melayang di udara dengan tubuh yang lebih besar, dua lubang
di tubuh dan wajahnya. Membawa tongkat transparan yang dialiri arus petir yang
marah. Menghamipiri Juna dengan tawa terbahak-bahak. Hanya sang pemimpin yang
mampu berbicara.
“Ahahahaha!
Anak yang malang, membalas dendam demi kedua orangtuanya.” Ucap Shiho itu
tertawa.
“Sudah
puas tertawanya? Karena kau akan segera musnah di tanganku!” balas Juna sembari
melesat terbang dengan sayapnya, menerjang Shiho dengan bola api di tangannya.
Bruk!
Juna menghantam keras tanah
hingga membuat lubang besar. Shiho itu mampu menangkis serangan bola api dari
Juna begitu saja.
“Hahahahaha!
Desa ini milikku! Aku yang akan menginjak-injak jiwa kedua orangtuamu!” ucap
shiho penuh kemenangan.
Juna masih
kesakitan di bawah, berusaha bangun namun tangannya bergetar. Aku tak pernah tahu cara ayah dan ibu
melawannya, apa yang harus ku lakukan? Ucap Juna dalam hatinya. Dia
berusaha bangun dan kembali menyerang, kali ini dengan bola api dari mulutnya,
di lanjut bola api raksasa dari kedua tangannya secara bertubi-tubi. Hanya api
yang ia miliki. Tapi percuma, Shiho itu belum dapat disentuh sedikitpun oleh
Juna. Dia benar-benar kelelahan.
“Aaaaarrrgh.....”
teriak Juna kesakitan. Hanya dengan satu ayunan dari tongkat shiho, Juna
mendapat setruman petir yang hebat. Dan menjatuhkan Juna kembali. Juna terjatuh
bertumpukan bebatuan semen bangunan. Tubuhnya penuh luka, sayap ujung kanannya
sobek, bajunya pun sudah sobek di sana-sini.
Seketika
itu pula, Shiho mulai cepat menghampiri Juna dengan mengayunkan tongkatnya.
Juna melihatnya tak percaya, dia panik, tubuhnya begitu lemah. Apa aku akan mati? Dendamku. Gumam Juna,
ia berusaha bangkit tapi terlambat.
Juna terpaku
melihat seorang gadis dengan cahaya di sekitar tubuhnya. Tertancap tongkat
Shiho, seolah ada cahaya yang meledak menembus tubuh gadis itu. Gadis itu
mencoba melindungi Juna.
“Tidak!
Mina, kau adalah malaikat yang tak boleh mati!” teriak Juna meneteskan air
mata, dan segera menopang Mina di pangkuannya.
“Apa?
Tongkatku.” Ucap Shiho terkajut ketakutan melihat seorang malaikat di depannya,
dan membuat tongkatnya hangus terbakar. Ia pun menjauh, namun tidak pergi,
tujuannya belum tercapai. Membunuh Juna, keturunan bangsal Dewa Siluman.
“Kau
harus menyelamatkan desa ini. Kau tak boleh mati.” Ucap Mina tersenyum.
Mina berusaha berdiri dan menghampiri
Shiho dengan terseret-seret sekuat tenaga, pemimpin Shiho itu pun terus
melayang mundur menjauh.
“Bawa
aku terbang, Juna. Bukankah hanya malaikat yang dapat mengalahkannya? Katamu
aku ini malaikat bukan?” ucap Mina lembut.
“Apa
yang akan kau lakukan?”
“Bawa
sajalah dan kau akan tahu.” Dengan khawatir, Juna membawa Mina melawan Shiho.
“Apa
yang kau lakukan wahai malaikat tak bersayap? Pergilah, aku tak takut!” teriak
Shiho.
Satu tangan Juna menopang Mina,
dan satunya bersiap menusukan pedang ke tubuh Shiho.
“Musnahlah
di tanganku! Hiyaaaaaa...” teriak Juna mengeluarkan api di sekujur pedang itu.
Berbalut cahaya suci yang dikeluarkan Mina dari mulutnya. Mina berusaha sekuat
tenaga.
“Tidaaaaaak...!”
teriak Shiho yang tak bisa menghindar. Akhirnya makhluk itu mati terbakar dan
meledak di udara.
Juna dan Mina terbanting hingga jatuh
ke tanah, Juna terbangun perlahan menahan rasa sakitnya. Ia menghamipiri tubuh
Mina yang tak berdaya, tak bernafas dan dingin. Juna tak percaya, dia menangis
sejadi-jadinya. Warga desa itu mulai berdatangan satu persatu melihat keadaan.
Tiba-tiba
sebuah cahaya muncul dari dalam tanah, terlihat seperti dua bidadari muncul dari
balik cahaya itu.
“Juna,
inilah cara kami megalahkannya. Kami memasuki mimpi Mina, Mina sudah tahu
semuanya. Berikanlah setengah jiwamu padanya, bila kau ingin dia tetap hidup.”
Ucap sosok wanita cantik yang ditemani pria tampan yang tersenyum di sampingnya.
“Ibu,
Ayah?” hanya itu yang mampu terucap dari bibir Juna. Mereka pun menghilang
kembali ke bumi.
Akhirnya
Juna memberikan setengah jiwanya pada Mina, dia mencium bibir Mina lembut, dan
saat itu pula cahaya jiwa Juna berpindah ke dalam tubuh Mina. Tak lama
kemudian, Mina membuka matanya.
“Juna?”
ucap Mina meneteskan air mata. Juna pun memeluk Mina dengan senang.
“Aku
akan menjagamu Mina.” Ucap Juna tersenyum. Menjaga yang berarti selamanya bagi
Juna. Bola matanya kembali biru, gigi tajamnya hilang, kupingnya kembali
menjadi kuping manusia, dan sayapnya kembali ke dalam tubuh Juna. Hatinya sudah
tidak marah. Kini Juna kembali tampan layakya manusia biasa, hanya sedikit luka
di mana-mana.
Apa yang
terjadi pada Mina ketika jiwanya bercampur dengan jiwa Juna? Ya, dia tetaplah
seorang malaikat, tapi kini dia seorag malaikat bersayap hitam. Desa Sunagakure
kembali tentram dan damai. Kini semua warga desa tahu siapa sesungguhnya Juna.
Itu pun membuat semua perempuan lebih memuja Juna. Tapi sayang, meski Juna
sudah dimiliki oleh Mina, para fans Juna tak menyerah. Akhirnya, Juna akan
tetap menjaga Desa Sunagakure ini bersama sang malaikatnya, Mina.
Karya: Tantanet :)