Entrepreneur atau dalam bahasa Indonesianya
disebut Wirausahawan adalah orang yang melakukan aktifitas wirausaha dicirikan
dengan pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi
baru, menyusun oprasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta
mengatur permodalan operasinya.
Disiplin ilmu
Entrepreneur dan Perkembangannya
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan
hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.
Di beberapa negara, kewirausahaan
memiliki banyak tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil
keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi dan
komersial, menyediakan modal, penerimaan dan penanganan tenaga kerja,
pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan lain-lain. Kemudian, pada tahun
1950-an pendidikan kewirausahaan mulai dirintis di beberapa negara seperti di
Eropa, Amerika, dan Canada. Bahkan sejak tahun 1`970-an banyak universitas yang
mengajarkan “enterpreneurship” atau “small business manajement” atau “new
venture manajement”. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat
memberikan pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan
masih terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.
Berbagai pendapat
ahli/sudut pandangnya
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai
yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga
penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create
the new and different) (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai
yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan
usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
#Teori-teori
Kewirausahaan
1.
Teori Life Path Change
Menurut Shapero dan Sokol (1982)
dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti
jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru
tidak memaluli proses yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh:
a. Negative displacement
Seseorang bisa saja menjadi wirausaha
gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau mengalami
kebosanan selama bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa
juga karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
Banyaknya hambatan yang dialami
keturunan Cina untuk memasuki bidang pekerjaan tertentu (misalnya menjadi
pegawai negeri) menyisakan pilihan terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga
kelangsungan hidup diri dan keluarganya, menjadi wirausaha pada kondisi seperti
ini adalah pilihan terbaik karena sifatnya yang bebas dan tidak bergantung pada
birokrasi yang diskriminatif.
b. Being between things
Orang-orang
yang baru keluar dari ketentaan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa
seperti memasuki dunia baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini
membuat mereka seakan berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda,
namun mereka tetap harus berjuang menjaga kelangsungan hidupnya. Di sinilah
biasanya pilihan menjadi wirausaha muncul karena dengan menjadi wirausaha
mereka bekerja dengan mengandalkan diri sendiri.
c. Having positive pull
Terdapat
juga orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra kerja,
investor, pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam
mengantisipasi peluang usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko
usaha. Seorang mantan manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya, yang
memutuskan untuk masuk ke bisnis suku cadang otomotif, misalnya dengan bahan
baku ban bekas, seperti stopper back door, engine mounting, atau mufler
mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan dengan menampung
produk mantan manajernya tersebut.
2. Teori Goal Directed Behavior
Menurut Wolman (1973), seseorang
dapat saja menjadi wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Teori ini disebut dengan Goal Directed Behavior.
Teori ini hendak menggambarkan
bagaimana seseorang tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat
langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal directed behavior).
Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed behavior,
hingga tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri dari skema muncul karena
adanya defisit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri individu yang
bersangkutan (wirausaha).
Seseorang terjun dalam dunia
wirausaha diawali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong
kegiatan-kegiatan tertentu, yang ditujukan pada pencapaian tujuan. Dari kaca
mata teori need dan motivasi tingkah laku, seperti menemukan kesempatan
berusaha, sampai mendirikan dan melembagakan usahanya merupakan goal directed
behavior. Sedangkan goal tujuannya adalah mempertahankan dan memperbaiki
kelangsungan hidup wirausaha.
3. Teori Outcome Expectancy
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome
expectancy bukan suatu perilaku tetapi keyakinan tentang konskuensi yang
diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu. Dari definisi di
atas, outcome expectancy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang
mengenai hasil yang akan diperolehnya jika ia melaksanakan suatu perilaku
tertentu, yaitu perilaku yang menunjukkan keberhasilan.
Jenis Outcome Expectancy
Menurut bandura (1986) ada berbagai
jenis insentif sebagai imbalan kerja yang diharapkan individu dan setiap jenis
memiliki kekhasan sendiri. Jenis insentif tersebut adalah:
a. Insentif primer
a. Insentif primer
Merupakan imbalan yang berhubungan
dengan kebutuhan dengan kebutuhan isiologis kita seperti makan, minum, kontak
fisik, dan sebagainya.
b. Insentif sensoris
Beberapa kegiatan manusia ditujukan
untuk memperoleh umpan balik sensoris yang terdapat di lingkungannya.
c. Insentif sosial
Manusia akan melakukan sesuatu untuk mendapatkan penghargaan
dan penerimaan dari lingkungan sosialnya. Penerimaan atau penolakan dari sebuah
lingkungan sosial akan lebih berfungsi secara efektif sebagai imbalan atau
hukuman daripada reaksi yang berasal dari satu individu.
d. Insentif yang berupa token ekonomi
Token ekonomi adalah imbalan yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan ekonomi seperti upah, kenaikan pangkat, penambahan tunjungan, dan
lain-lain. Hampir seluruh masyarakat menggunakan uang sebagai insentif.
e. Insentif yang berupa aktivitas
Teori-teori mengenai reinforcement yang sangat terikat pada
dorongan biologis, mengasumsikan bahwa imbalan akan memengaruhi perilaku dengan
cara memuaskan atau mengurangi dorongan fisiologis.
f.
Insentif status dan pengaruh
Pada sebagian besar masyarakat, kedudukan individu seringkali
dikaitkan dengan status kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki individu dalam
lingkungan sosial memberikan kesempatan kepadnya untuk mengontrol perilaku
orang lain, baik melalui simbol atau secara nyata.
g. Insentif berupa terpenuhinya standar
internal
Insentif ini berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperoleh
individu dari pekerjaanya. Insentif bukan berasal dari hal di luar diri, tetapi
berasal dari dalam diri seseorang. Reaksidiri yang berupa rasa puas dan senang
merupakan salah satu bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seseorang
dari pekerjaannya.
#Tujuan Kewirausahaan
- Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas.
- Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
- Membudayakan semangat sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan di kalangan masyarakat yang mampu, handal, dan unggul.
- Menumbuhkembangkan kesadaran dan’orientasi Kewirausahaan yang tangguh dan kuat terhadap masyarakat.
Ruang lingkup
kewirausahaan
Ruang lingkup kewirausahaan sangat luas sekali. Secara umum, ruang lingkup
kewirausahaan adalah bergerak dalam bisnis. Jika diuraikan secara rinci ruang
lingkup kewirausahaan, bergerak dalam bidang:
a. Lapangan agraris
1) Pertanian
2) Perkebunan
dan kehutanan
b. Lapangan perikanan
1)
Pemeliharaan ikan
2) Penetasan
ikan
3) Makanan
ikan
4)
Pengangkutan ikan
c. Lapangan peternakan
1) Bangsa burung
atau unggas
2) Bangsa
binatang menyusui
d. Lapangan
perindustrian dan kerajinan
1) Industri
besar
2) Industri
menengah
3) Industri
kecil
4) Pengrajin
- Pengolahan hasil pertanian
- Pengolahan hasil perkebunan
- Pengolahan hasil perikanan
- Pengolahan hasil peternakan
- Pengolahan hasil kehutanan
e. Lapangan pertambangan dan energi
f.
Lapangan
perdagangan
1) Sebagai
pedagang besar
2) Sebagai
pedagang menengah
3) Sebagai
pedagang kecil
g. Lapangan pemberi jasa
1) Sebagai
pedagang perantara
2) Sebagai
pemberi kredit atau perbankan
3) Sebagai
pengusaha angkutan
4) Sebagai
pengusaha hotel dan restoran
5) Sebagai
pengusaha biro jasa travel pariwisata
6) Sebagai
pengusaha asuransi, pergudangan, perbengkelan, koperasi, tata busana, dan lain
sebagainya.
#Peran pendidikan dalam
pembentukan kewirausahaan
Terhadap pandangan di atas, Churcill
(1987) memberi sanggahan terhadap pendapat ini. Menurutnya masalah pendidikan
sangatlah penting bagi keberhasilan seorang entrepreneur. Bahkan dia mengatakan
bahwa kegagalan pertama bagi seorang entrepreneur adalah karena dia lebih
mengandalkan pengalaman daripada pendidikan. Namun disini Churcill juga tidak
menganggap remeh arti pengalaman bagi seorang entrepreneur, baginya sumber
kegagalan kedua adalah jika seorang entrepreneur hanya bermodalkan pendidikan
tetapi miskin pengalaman lapangan. Oleh karena itu perpaduan antara pendidikan
dan pengalaman adalah faktor utama yang menentukan keberhasilan seorang
entrepreneur/wirausahawan.
Menurut Eels (1984) dan Mas’oed
(1984), dibandingkan dengan tenaga lain tenaga terdidik S1 memiliki potensi
lebih besar untuk berhasil untuk menjadi seorang entrepreneur karena memilki
kemampuan penalaran yang telah berkembang dan wawasan berpikir yang luas.
Seorang sarjana juga juga memiliki dua peran pokok, pertama sebagai manajer dan
kedua sebagai pencetus gagasan. Peran pertama berupa tindakan untuk
menyelesaikan masalah, sehingga pengetahuan manajemen dan keteknikan yang
memadai mutlak diperlukan. Peran kedua menekankan pada perlunya kemampuan
merangkai alternatif-alternatif. Dalam hal ini bekal yang diperlukan berupa
pengetahuan keilmuan yang lengkap.
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa seorang entrepreneur / wirausahawan yang memiliki potensi
sukses adalah mereka yang mengerti kegunaan pendidikan untuk menunjang kegiatan
serta mau belajar untuk meningkatkan pengetahuan. Lingkungan pendidikan
dimanfaatkan oleh entrepreneur sebagai sarana mencapai tujuan. Adapun
pendidikan disini berarti pemahaman suatu masalah yang dilihat dari sudut
keilmuan atau teori sebagai landasan berpikir
#Faktor-faktor pemicu
kewirausahaan
David C.
McClelland, mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan
oleh:
1. Motif berprestasi
(achivement)
2. Optimisme
(optimism)
3. Sikap-sikap nilai
(value attitudes)
4. Status
Kewirausahaan (entrepreneurial status)
LANGKAH MENUJU
KEBERHASILAN
1. Memiliki ide atau
visi bisnis yang jelas.
2. Kemauan dan keberanian
untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang.
3. Membuat perencanaan
usah, menorganisasikan, dan menjalankannya.
4. Mengembangkan
hubungan,, baik dengan mitar usaha maupun dengan semua pihak yang terkait
dengan kepentingan perusahaan.
FAKTOR PENYEBAB
KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN WIRAUSAHA
Penyebab wirausaha
gagal dalam menjalankan usahanya:
1. Tidak kompeten
dalam manajerial.
2. Kurang
berpengalaman, baik itu kemampuan teknik, memvisualisasikan usaha,
mengkoordinasikan, mengelola sumber daya.
3. Kurang dapat
mengendalikan keuangan.
4. Gagal dalam
perencanaan.
5. Lokasi yang kurang
memadai.
6. Kurangnya
pengawasan peralatan.
7. Sikap yang kurang
sungguh-sungguh dalam berusaha.
8. Ketidakmampuan
dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
KEUNTUNGAN DAN
KERUGIAN BERWIRAUSAHA
Keuntungan
berwirausaha:
1. Otonomi
2. Tantangan awal dan
perasaan motif berprestasi
3. Kontrol finansial
Kerugian berwirausaha:
1. Pengorbanan
personal
2. Beban tanggungjawab
3. Kecilnya margin
keuntungan dan kemungkinan gagal