Kamis, 14 Maret 2013

Cinta itu,,, Tidak Sempurna-Part4 Finnal (26)


Ya Tuhan! Cakeep! Aduh, gak boleh terpengaruh Lin.

                “Apaan sih? Suka-suka aku lah! Eh maksudnya gue!” jawabku salting.
                “Cie masih aku kamu ngomongnya. Jangan pergi dulu dong, di sini dulu aku kangen.” Ucapnya tersenyum.
“Apa? Kangen? Yakin?” tanyaku meremehkan.

Dia mengambil tanganku, menggenggamnya erat, dan kepalanya tertunduk di meja seperti yang awal ia lakukan tadi. tapi karena tangan satunya menggenggamku, aku bisa melihat dia tersenyum.

                “Em, udah kan mas. Ini uangnya.” Ucapku dengan cepat melepaskan tanganku darinya. Lalu kepalanya terangkat.
                “Udah bayar setengahnya aja. Untuk kamu apa sih yang engga, oke mas?” ucap Fandy mengedipkan satu matanya.
                “Ha? Oke. Ini setengah aja kan. Makasih ya Fandy. Daah!” lumayan dapet diskon. Evil laugh. Aku langsung kabur keluar.
                “Ih, gila! Ayo cepet pulang!”
                “Kenapa Lin?” tanya Vey.
                “Ih, nanti aja gue certain di jalan.”
Tiba-tiba pintu warnet terbuka.
                “Hati-hati ya Lin.” Ucap Fandy tersenyum.
                “Ooooh, gue ngerti.” Ucap Vey dan Icha bersamaan, mereka tersenyum-senyum geli.
                “Ih, iya deh. Makasih!” jawabku jutek. Fandy pun tersenyum dan kembali masuk.

Kami langsung pergi, hanya 200m kami berdiri di depan warnet untuk menyebrang. Kendaraan sedang penuh rupanya. Lalu ada yang memanggilku.

                “Chaelin!” jangan bilang itu Fandy lagi. Aku menoleh perlahan.
                “Eh, Sendy? Apaan?!” teriak ku karena jarak kita yang lumayan jauh. Dia melambai menyuruhku menghampiri.
                “Mmm, eh temen-temen tungguin gue ya. Sendy manggil gue.” Pintaku dengan senyum nyengir memohon. Ini pertama kalinya dia ingin bicara padaku semenjak kejadian itu.

                “Iye, cepet sana.” Jawab Icha.

Aku pun langsung kembali menghampiri Sendy yang sedang duduk di depan rental playstation tak jauh dari warnet.

                “Apaan?” tanyaku yang berdiri di hadapannya.
                “Duduk dulu sini.” Kata Sendy
                “Engga ah, aku buru-buru di tunggu temen tuh.”
                “Ya udah pulang gih.”
                “Lah tadi kenapa manggil?”
                “Gak apa-apa cuma pengen kamu ke sini.” Dia tersenyum polos dan menawarkan punggung tangannya padaku.
                “Yeee, kirain penting. Nah, ini apaan?”
                “Salim dulu dong kalo mau pulang. Cepet!” sedikit bingun aku meraihnya dan mencium tangannya.
                “Ya udah hati-hati ya.” Ucapnya kembali tersenyum.
                “Iya.” Jawabku manja dan hanya karena itu dapat membuatku melayang.

Aku pun beranjak pergi. Ya Tuhan, tiba-tiba Sendy kembali seperti dulu begitu aku seneeeng banget.
_***_

Akhirnya hari kelulusan telah tiba.
Kami semua lulus! Kami berfoto-foto, mencorat-coret baju dengan semua tanda tangan para murid dan guru. Setelah aku bersenang-senang dengan teman sekelas dan anak SMA lainnya, aku mencari anak-anak STM temanku.

                “Woy, gue cari teman-temen STM gue dulu ya di lapangan.” Aku pun pergi.
                “Farid! Minta tanda tangan dong! Gue ngefans berat nih sama lo!” ucapku tertawa.
                “Jiah! Sini-sini tanda tangan gue mah mahal.”
                “Pede sangat sih lu! Sinih, gentian lu juga ngefans kan sama gue dari dulu, ngaku dah!”
                “Tau aja lo nih, yang gede Lin!”
                “Eh, Lin. Itu Iqbal, yang dulu suka sama lo, dia sempet putus kan sama ceweknya karena lo. Elo gak minta tanda tangannya?” ucap Farid menunjuk cowok hitam manis dan seperti berandal yang sedang tertawa-tawa bersama teman sekelasnya. Tak jauh dariku.

                “Mm, enggak ah. Dia juga gak liat gue. Lagian ya, dia putus kan karena ceweknya aja masih SMP, gampang cemburuan. Gue kan gak ngapa-ngapain, gue sama Iqbal kan sama aja kayak gue ke elu, temen.”

                “Masaaa? Tapi lu juga pernah naksir kan?” Farid terus saja menggodaku.
                “Apa deh lu! Kaga laah! Belum pernah makan sepatu gue ya?” balasku protes.
                “Lin, gue belum dapet tanda tangan lo nih.” Tiba-tiba Putra yang sekelasku waktu MOS yang aku dambakan diam-diam ada di belakangku.

                “Wah, iya. Sini-sini.” Ucapku senang. Kami memang sudah berteman dekat sekali, bersama Jay. Kami sekelas MOS dulu. Ngomong-ngomong tentang Jay,,,
                “Oya, ini seragamnya Jay. Dia minta tanda-tangan lo juga Lin sama anak-anak yang lain.” Ucap Putra tersenyum.

                “Iya, semalem dia juga sms. Gue sedih dia gak ada di acara kebahagiaan ini. dia malah di rawat di rumah sakit. Padahal dia yang selalu nasihatin gue kalo lagi ada masalah.” Jawabku sedih.

                “Ya udah, kita kan nanti bisa nengokin dia.” Ucap Putra menghibur.
Kami pun foto-foto. Sayang banget aku gak punya kenangan saat berharga ini sama Gigi, kita udah lost kontek semenjak kejadian itu. Sakit setiap inget dia.

                Pada akhirnya aku mengecewakan semua orang yang ku cintai. Bukan karena kemauan ku tapi keegoisan yang belum mampu aku taklukkan. Intinya, aku benar-benar kehilangan Gigi, tapi Sendy, Fandy, Icha, Vey, Farid, Jay, Putra, dan semua temanku, aku tidak kehilangan mereka. Karena ternyata kami lebih dewasa dari Gigi.
­_***_

Keesokan paginya aku langsung menyalakan televisi tanpa mandi. Tak apalah, ini hari libur pertamaku sebagai seorang calon mahasiswi. Yea meski masih empat bulan lagi aku baru mulai perkuliahan.

                “Permisi!” teriak seseorang di depan rumahku.
Aku mengintip di jendela, siapa pagi-pagi begini? Aku pede saja dan tak ada firasat apapun, aku membuka pintu dengan masih mengenakan piama dan celana pendek.
                “Iya?” OMG! Pintu terbuka dan aku terbengong melihat siapa yang ada di hadapanku sekarang.
                “Hey, Lin. Baru bangun ya?” ucap Sendy tersenyum.

Rambutnya yang halus dengan model Justin Bieber, melambai-lambai tertiup angin pagi yang sejuk dan sinar matahari pagi menyinari wajahnya. Betapa cakepnya, manisnya, polosnya sang kakak kelasku ini.

                “Kok, bisa ke sini? Oya, masuk dulu. Aduh aku belum mandi.” Ucapku panik mempersilahkannya masuk ke dalam.
                “Gak apa-apa kok, aku cuma pengen mampir aja. Soalnya aku ada janji sama anak-anak di GOR depan komplek kamu itu.” Jelasnya sembari duduk.

Aku hanya ber-oh saja dan tersenyum, lalu ayahku keluar menuju ruang tamu dan melihat kami.
                “Eh, om.” Ucap Sendy meraih tangan ayah dan menciumnya. Ya ampun sopan banget dia, kan belum aku suruh.
                “Iya, temennya Chaelin ya? Satu sekolah atau gimana?” tanya ayah sedikit tersenyum kaku.

Maklum ayah itu pemalu sehingga orang yang belum mengenalnya akan berpikir bahwa ayah itu galak. Dari sekian cowok yang ku kenal baru Gigi, dan Jay yang datang ke rumahku dan enggan memberanikan diri member salam seperti Sendy dengan sendirinya seperti itu. Sungguh baru Sendy seorang cowok yang berani, tak terlihat sedikitpun rasa takut di wajahnya. Benar-benar polos.

                “Iya om, saya kakak kelasnya di sekolah.” Jawab Sendy tersenyum.
                “Ouh, sekarang kuliah atau kerja?” tanya ayah lagi.
                “Kuliah om, di Universitas Negri yang deket aja.” Jelas Sendy.
                “Oh, yaudah ngobrol aja sama Chaelin. Om mau keluar.”
                “Iyah om silahkan.”

Ayah pun pergi, aku seperti patung bodoh yang hanya mampu terpukau dengan apa yang dilakukan Sendy pada ayahku. Ayah tidak cuek menghadapinya, aku lihat ayah senang.

                “Kenapa Lin? Sanah mandi. Aku tunggu, nanti aku ajak kamu nongkrong sama temen-temenku di GOR.” Ucap Sendy lembut dan tersenyum. Aku pun tersenyum mengerti, dan ini adalah pagi yang sangat cerah.

Cinta itu tidak sempurna, tapi karena banyak cinta dari sahabat, mantan, teman, bahkan keluarga itu bisa menyempurnakan sedikit demi sedikit. Jika terus di pertahankan, kesempurnaan itu akan terlihat. Sekalipun keegoisan menguasai, tapi sebuah realistis dan kedewasaan tidak akan memisahkan.

The End ^^
By: Tantanet :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Brikan Komentarmu. Supaya Karyaku Semakin Baik Untukmu :)